BAB I
Konsep dasar
perilaku organisasi
PENDAHULUAN
Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang
memilki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi
merupakan pembelajaran tentang suatu sifat/karakteristik individu yang tercipta
di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia berbeda – beda karakteristik,
maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat – sifat individu dalam
berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku organisasi akan mengetahui
tentang cara – cara mengatasi masalah – masalah yang ada di lingkungan
organisasi.
A.
DIMENSI-DIMENSI POKOK PEMBAHASAN
TEORI ORGANISASI
- Dimensi teknis, dimensi
teknis yaitu dimensi yang menekankan pada kecakapan atau kemampuan
seseorang yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi, otomatis yang
diperlukan disini adalah sumber daya yang memiliki
keterampilan-kepterampilan dalam mengelola sebuah organisasi. Dimensi ini
berisi keahlian-keahlian birokrat atau manajer dibidang teknis atau orang
yang ahli dan mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan
organisasi, misalnya keahlian dalam mengoperasikan komputer, memahami
konsep pemasaran serta mampu dalam penyalurannya, dan lain-lain.
- Dimensi konsep, yaitu sebuah
rancangan khusus yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan sebuah
oragnisasi, artinya setiap gerak atau kegiatan yang akan dilaksanakan
tetap mengacu pada pedoman yang telah dibuat oleh seluruh atau sebagian
anggota organisasi yang mempunyai wewenang. Selain itu juga, dimensi
konsep ini merupakan motor penggerak dari dimensi pertama dan amat erat
hubungannya dengan dimensi ketiga yakni dimensi manusia.
- Dimensi manusia, adalah
dimensi yang paling utama dalam sebuah organisasi karena tanpa adanya
dimensi manusia otomatis suatu organisasi tidak akan pernah ada karena
tidak ada yang membuat organisasi dalam arti membentuk sebuah organisasi
dan tidak ada penggerak yang melakukan suatu kegiatan oragnisasi tersebut.
Sehingga dapat dikatakan kalau dimensi manusia merupakan dimensi yang
komplek dalam sebuah organisasi. Namun, tetap saja dimensi manusia tidak
akan berpungsi secara utuh jika dimensi teknis dan konsep tidak ada.
B. KERANGKA DASAR KONSEP PERILAKU ORGANISASI
Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen
yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu,
perilaku kelompok, dan perilaku organisasi. Komponen yang kedua adalah
organisasi formal sebagai wadah dari perilaku itu. Yaitu sebagai sarana bagi
ndividu dalam bermasyarakat ditandai dengan keterlibatannya pada suatu
organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam organisasi tersebut. Pengertian
perilaku organisasi menurut beberapa ahli :
- Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu
bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana
organisasi di bentuk, tumbuh dan berkembang.
- Drs. Adam Indrawijaya, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi
yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik
aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi
terhadap anggota.
- Drs.
Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari
dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya
dan pengaruh lingkungan
- Perilaku
Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud
menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi. (Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).
C. PERBEDAAN PERILAKU ORGANISASI DENGAN ILMU PERILAKU LAINNYA
Perilaku organisasi (PO) adalah ilmu terapan, sehingga ilmu perilaku
organisasi tidak terlepas dari pengaruh ilmu perilaku sehingga berkontribusi
dengan beberapa ilmu perilaku lain, diantaranya:
- Perbedaan antara PO dengan
Psikologi Industri atau organisasi, yaitu PO mempelajari perilaku manusia
dengan tidak diawali pada psikologi manusia yaitu dengan menggunakan
multidisiplin, sedangkan psikologi industri mempelajari perilaku manusia
dengan diawali dari psikologi manusia itu sendiri. Namun, keduanya
sama-sama mempelajari perilaku manusia.
- Perbedaan antara PO dengan
psikologi dengan dengan teori organisasi terletak pada dua perbedaan
diantaranya, yaitu analisis PO terpusat pada variabel tak terbatas. PO
mempelajari tingkah laku individu dan kelompok didalam suatu organisasidan
penerapan dari lmu pengetahuan tertentu. Teori organisasi adalah studi
tentang susunan, proses, dan hasil organisasi itu sendiri.
- Perbedaan antara perilaku
organisasi dengan personnel dan human resources adalah bahwa perilaku
organisasi lebih menekankan pada orientasi konsep, berdasarkan teori,
sedangkan personnel dan human resources menekankan pada teknik dan
teknologi. Variabel-variabel tak bebas, seperti misalnya tingkah laku dan
reaksi-reaksi yang efektif dalam organisasi, yaitu pada pengelolaan sumber
daya manusia itu sendiri agar berkualitas. Keduanya tetap mengacu pada
pengembangan dan kemajuan motivasi serta kualitas dari, individu, kelompok
dan organisasi agar terjadi perubahan yang signifikan.
D. RUANG LINGKUP KAJIAN PERILAKU ORGANISASI
Karena ruang lingkup organisasi metode akan menyangkut efisiensi prosedur
tata cara kerja yang dipakai dalam melaksanakan fungsi fungsi menejemen.
Sedangkan pengertian organisasi dan metode, antara manajemen , organisasi, dan
tata cara kerja merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, artinya
kalau tata cara kerjanya sudah efisien maka diharpkan kegiatan pelaksanaan
fungsi fungsi manajemen dalam organisasi akan
berjalan lancar. Jadi dalam hal ini sifat dan maksud organisasi metode
adalah pelayanan terhadap manajer dan administrasi yang berusaha memajukan tata
cara kerja yang dipegunakan untuk pencapaian
efisiensi yang maksimal pada organisasi tersebut.
efisiensi yang maksimal pada organisasi tersebut.
Dengan melihat maksud dan sifat organisasi dan metode merupakan
pelayanan bagi manajer dan addministrasi dalam melaksanakan fungsi manajemen maka organisasi dan metode merupakan bantuan teknis dan praktis dalampelaksanaan teori teori organisasi dan manajemen dengan setepat tepatnya. Maka dari sifat dan maksud organisasi dan metode dapat dipahami ruang lingkupnya adalah hal hal yang menyangkut bidang bidang khusus dari organisasi dan manajemen yang detail dan luas scope nya.
pelayanan bagi manajer dan addministrasi dalam melaksanakan fungsi manajemen maka organisasi dan metode merupakan bantuan teknis dan praktis dalampelaksanaan teori teori organisasi dan manajemen dengan setepat tepatnya. Maka dari sifat dan maksud organisasi dan metode dapat dipahami ruang lingkupnya adalah hal hal yang menyangkut bidang bidang khusus dari organisasi dan manajemen yang detail dan luas scope nya.
PENUTUP
Perilaku organisasi sangat penting digunakan dalam ruang lingkup
keorganisasian karena perilaku organisasi dapat mengetahui karakter para
pelakunya. Perilaku organisasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam kelompok organisasi yang berhubungan langsung dengan
ilmu – ilmu yang lainnya. Organisasi merupakan suatu tempat berkumpulnya
sekelompok orang yang memilki tujuan bersama, memilki eksistensi dalam
pencapainnya. Maka dari itu, perilaku organisasi sangat berguna bagi para
pelakuorganisasi untuk mengetahui sifat – sifat/ karakter apa saja yang
dibutuhkan dalam berperilaku di organisasi.
SUMBER REFERENSI :
BAB II
Sejarah perkembangan dan pendekatan
dalam perilaku organisasi
PENDAHULUAN
Manusia sudah
mempelajari perilaku organisasi sudah berlangsung dari zaman dulu. Pada awal
abad 20, manusia sudah mengembangkan ilmu – ilmunya tentang berperilaku
organisasi. Sejarah perilaku organisasi menjelaskan tentang bagaimana
perkembangan perilaku organisasi dari masa ke masa. Maka dari itu, perilaku
organisasi sudah melalui banyak tahap dan perkembangan sesuai dengan kejadian
nyata yang di ambil dari para individu yang berperilaku dalam organisasi. Para
ahli mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan tentang berperilaku organisasi
akan meningkatkan keefektifitasan kinerja seseorang dalam suatu organisasi yang
ia geluti.
A.
PERILAKU ORGANISASI INDUSTRI
1.Konsep tentang organisasi
perlu diketahui dan dihayati agar kita memaklumi latar belakang adanya
organisasi dan ikut mengembangkannya.
2.Konsep organisasi dibedakan
ke dalam konsep klasik, neoklasik dan modern.
3.Konsep klasik terdiri atas
konsep birokrasi, administrasi dan manajemen ilmiah.
B. PERILAKU ORGANISASI NEOKLASIK
1. Perilaku organisasi
neoklasik mendekati organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
2. Perilaku organisasi neoklasik hasil “pembenahan”
perilaku organisasi klasik dengan unsur manusiawi lebih ditonjolkan.
3.Pembenahan meliputi aspek
pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur organisasi, rentang
kendali, di samping itu dimunculkan konsep tentang organisasi informal.
C. PERILAKU ORGANISASI MODERN
1. Perilaku organisasi modern merupakan perilaku yang
mendekati masalah sebagai suatu sistem keseluruhan, memperhatikan berbagai
variabel dan memahami proses dinamis.
2. Perilaku modern membicarakan
keterkaitan bagian dalam sistem dan hubungan sistem dengan lingkungannya.
3.Menurut perilaku modern,
organisasi terdiri dari bagian yang tersusun dalam sistem di mana orang di
dalamnya berinteraksi mencapai tujuan.
D. LANDASAN PERILAKU BAGI
MANAJEMEN YANG STATIS
Laboratorium metode yang digunakan
dalam analisis eksperimental perilaku didasarkan pada filosofi BF Skinner
behaviorisme radikal, yang didasarkan pada:
- Everything that organisms do is behavior (including thinking), and
Segala sesuatu yang organisme lakukan adalah perilaku (termasuk berpikir),
dan
- All behavior is lawful, which allows itself to be experimentally
studied. Semua perilaku halal, yang memungkinkan dirinya eksperimen
dipelajari.
Pusat dari analisis perilaku adalah
penggunaan Empat-Term Kontinjensi (Memotivasi Operasi, diskriminatif Stimulus,
Response, Memperkuat rangsangan) untuk menggambarkan hubungan fungsional dalam
kontrol perilaku.
- Memotivasi operasi (MO) yang
menentukan apakah atau tidak organisme perilaku yang akan terpengaruh oleh
akibatnya. Negara yg tersebut termasuk membangun operasi, yang meningkatkan efektivitas
konsekuensi berhubungan dengan mereka, dan menghapuskan operasi, yang mengurangi efektivitas mereka.
Selain modulasi efektivitas konsekuensi, operasi ini memotivasi juga dapat
memperoleh kendali diskriminatif atas organisme perilaku sebuah. [3] Sebagai
contoh, suatu organisme yang dalam keadaan kelaparan (menetapkan makanan
sebagai penguat efektif) lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang
sebelumnya telah mengakibatkan diberi makan, sedangkan organisme dalam
keadaan kenyang (menghapuskan efektivitas makanan sebagai penguat a)
kurang cenderung terlibat dalam perilaku seperti itu.
- Diskriminatif stimulus (S d)
yang merupakan pengaturan atau isyarat, atau dapat dikatakan menjadi
kesempatan untuk ditanggapi.
- . Perilaku adalah
respon (R), biasanya dikendalikan oleh konsekuensi masa lalu, yang juga
dikontrol oleh kehadiran stimulus diskriminatif. Beroperasi pada
lingkungan, seperti dalam berpengaruh.
- Konsekuensi bisa terdiri dari memperkuat stimuli (S mengekang) atau menghukum stimuli (S ave) yang mengikuti dan memodifikasi
respon operan. Memperkuat rangsangan sering diklasifikasikan sebagai
positif (r S +) atau negatif penguat (S r-).
jadwal penguatan lebih kompleks juga dapat digunakan.
E. PENDEKATAN SOCIAL LEARNING
Teori Belajar
Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi
timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan
faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak
kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya
untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia
berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak
berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai
pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan
lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal
balik (Bandura, 1977):
F. PENDEKATAN
BEHAVIORISTIC (I.P. PAVLOV DAN J.B.
WATSON)
Pendekatan ini
adalah pendekatan yang berdasarkan pada respon seseorang yang muncul apabila diberi stimulus atau
rangsangan tertentu.
G. PENDEKATAN
MODIFIKASI PERILAKU
Pendekatan
Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling
berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan di pandang secara keseluruhan,
terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi
tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam
itu akan lebih bermanfaat dibanding dengan pandangan terisolasi.
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi muncul sebagai tanggapan atas ketidakpuasan terhadap
anggapan universalitas, dan kebutuhan untuk memasukkan berbagai variable
lingkungan ke dalam lingkungan dan praktek manajemen.
PENUTUP
Pada tingkat
individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan
karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif. Tetapi
sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka
cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik. Disini dibutuhkan
pendekatan - pendekatan yang dapat memodifikasi perilaku yang tidak baik
menjadi baik. Apabila pendekatan tersebut berhasil, bisa dilihat dari kinerja
seseorang, kualitas pekerjaan, tingkat kehladiran dan tingkat keluar masuknya
seseorang dalam organisasi. Diharapkan sesama orang dalam organisasi bisa
memotivasi yang lainnya agar tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana dengan
baik sesuai dengan kemampuan yang ada. Apabila ada kekurangan atau masalah
segeralah berunding dengan sesama dan evaluasi apa saja yang telah dlakukan
agar ke depannya bisa menjadi lebih baik.
SUMBER REFERENSI :
BAB III
Organisasi
sebagai sistem sosial
PENDAHULUAN
Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya terdapat
sekelompok orang yang mempunyai hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya
sehingga bersosialisasi dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku
organisasi, individu – individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan
bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan membuat tugas yang telah diberikan
akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa dilakukan secara bersama – sama.
Karena setiap orang mempunyai kebutuhan, maka sebaiknya dalam berperilaku
organisasi seseorang mampu bereksistensi dengan orang lain agar mampu
melaksanakan tujuan yang ingin dicapai.
A.
ORGANISASI DIPANDANG SEBAGAI
PERWUJUDAN TINGKAH LAKU ORANG – ORANG YANG MENGAKOMODASIKAN INTERAKSI
BERSTRUKTUR.
Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa pengertian organisasi adalah
suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama. Tujuan merupakan
hasil yang berupa barang, jasa, uang, pengetahuan dan lain – lain. Sedangkan
pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para
anggotanya(dikutip dari W3dictionary). Dengan demikian system sosial merupakan
orang-orang dalam masyarakat dianggap sebagai sistem yang disusun oleh
karakteristik dari suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk
mewujudkan keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan organisasi sebagai
system sosial antara lain dengan adanya
organisasi social dan organisasi social.
Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang
bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Dengan demikian dalam kaitannya
dengan organisasi sebagai sistem sosial maka kajian perilaku organisasi
mencakup berbagai aspek seperti : publik, bisnis, sosial dll. Sebagai contoh
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sebagai organisasi yang bergerak
dibidang olahraga sepakbola tidak hanya terpaku pada satu aspek kajian yaitu
sepakbola. Bidang – bidang lain juga harus dikaji untuk memajukan organisasi
dan mencapai tujuannya memajukan sepakbola Indonesia. Aspek yang dikaji antara
lain aspek bisnis, publik dll. Mungkin anda bertanya,”Apa kaitan sepakbola
dengan bisnis?”. Pada Zaman sekarang ini olahraga khususnya sepakbola memiliki
kaitan dengan aspek bisnis contohnya hak siar televise, iklan sponsor yang
dapat menghasilkan income. Kemudian apa hubungannya dengan social? Dalam aspek
bisnis, masyarakat merupakan pasar. Sedangkan dalam bidang olahraga masyarakat
adalah factor pendukung dimana masyarakat itu sendiri adalah bagian dari
social.
Berdasarkan contoh di atas, kita tahu bahwa hampir semua pekerjaan dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan
organisasi, organisasi akan berjalan dengan baik jika diatur dengan sistem yang
baik sehingga cakupan sosial didalamnya dapat bekerja sesuai pakem yang telah
diatur dalam suatu sistem. Cakupan sosial yang dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi serta koordinasi yang
dilakukan dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
Faktor faktor Organisasi antara lain(menurut John Willey)
- Manusia
- Teknologi yang digunakan
- Tugas/ kerja
- Budaya organisasi
Manusia merupakan salah satu faktor penting
dalam organisasi. Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam organisasi manusia bekerja tidak sendiri, maka manusia melakukan
tindakan komunikasi dan koordinasi untuk
bekerja. Dengan
demikian kegiatan sosial tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Karena manusia membutuhkan satu sama lainnya untuk
melengkapi kelangsungan hidupnya. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sistem sosial itu juga merupakan organisasi dan sebaliknya. Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga
lingkungan didalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik antar
individu maupun dalam kelompok). Misalnya, organisasi sekolah harus dipandang
sebagai hubungan antara perilaku manusia dan konteksnya. Dengan demikian,
perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.
B. MODEL GETZELS TENTANG GAMBARAN ORGANISASI SEBAGAI PROSES
INTERAKSI SOSIAL
Dalam organisasi
orang ingin memuaskan kebutuhannya. Orang mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh organisasi dengan perannya. Hal ini digambarkan oleh Gelzel dan
Guba dalam pendekatannya mengenai model sistem sosial. Keseimbangan antara
manusia dengan organisasi perlu dijaga dalam suatu bentuk status quo. Untuk
menjaga hal tersebut diperlukan adannya ekualibrium(keseimbangan) antara
kebutuhan manusia sejauh itu seimbang dengan organisasi. Hubungannya akan
memuaskan dan berlanjut pada level yang produktif.
GETZELS-GUBA
MODEL
Jacob W. Getzels
Egon G. Guba
Organizational (Nomothetic) Dimension


















Disposition
Personal (Ideographic) Dimension
Skema 3.2 model Getzels
dan Guba
Getzels
dan Guba mengadakan studi yang menganalisa perilaku pemimpin dalam sistem
sosial. Mereka mengemukakan dua katagori perilaku. Yang pertama ialah perilaku
kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi nomotetis yang
meliputi usahanya untuk memenuhi tuntutan organisasi. Dimensi ini mengacu
kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-peranan dan harapan tertentu
sesuai dengan tujan-tujuan organisasi.
Yang kedua ialah perilaku
kepemimpinan yang bergaya personal yang disebut dimensi idiografis yaitu
pemimpin mengutamakan kebutuhan dan ekspektasi anggota organisasinya. Dimensi
kedua ini mengacu kepada individu-individu dalam organisasi yang masing-masing
dengan kepribadian dan disposisi kebutuhan tertentu. Dimensi pertama disebut
juga dimensi sosiologis, sedangkan dimensi kedua disebut dimensi psikologis.
Sekolah selaku sistem sosial bisa dibayangkan memiliki kedua dimensi tersebut,
yang bisa dianggap berdiri sendiri-sendiri, tetapi dalam situasi sebenarnya
saling mempengaruhi.
PENUTUP
Karena manusia
adalah makhluk sosial, maka mereka saling membutuhkan satu sama lainnya. Begitu
juga dalam organisasi, organisasi sebagai sistem sosial karena dalam organisasi
terdapat beberapa orang yang mempunyai tujuan dan bekerja sama dalam memenuhi
ketercapaian tujuan tersebut. Organisasi bisa menciptakan suasana keterkaitan
dan saling berhubungan satu sama lainnya, karena itulah organisasi disebut juga
suatu sistem sosial. Dalam model Getzels dan Guba, keseimbangan antara
individu, kelompok dan organisasi harus seimbang agar hubungan dalam memnuhi
kebutuhan hidup seseorang bisa tercapai secara kerja sama. Karena adanya sistem
sosial dalam organisasi terciptalah suatu perilaku organisasi yang membuat
organisasi tersebut mempunyai hubungan sosial.
SUMBER
REFERENSI :
KEPEMIMPINAN%20PENDIDIKAN.pdf
BAB IV
Perilaku individu dalam organisasi
PENDAHULUAN
Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari
yang sederhana(primer) sampai kebutuhan yang lebih/luas(tersier). Karena untuk
memenuhi kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi
kebutuhannya. Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Baik itu organisasi di bidang pendidikan, hobi, pekerjaan,
dan lain – lain. Dalam perilaku organisasi dijelaskan bagaimana perbedaan
kebutuhan antar individu, karakter – karakter setiap individu, dan komunikasi
antar individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan itu.
A. PERILAKU INDIVIDU
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.
Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan
keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan
harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman
tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan
kinerjanya.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu,
maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau
aktif, maupun yang terlampau pasif.
Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa
sifat-sifat karakteristik individualnya. Selanjutnya karakteristik ini menurut
Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan
dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan
sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku
tertentu individu dalam organisasi.
B. PERBEDAAN
INDIVIDUAL
Setiap
individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung
mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan
– pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku
individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga
berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu.
Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman.
Meski
manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu
sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi
pembentukan perilaku manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita
bahwa manusia pada dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di
dunia ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah daging, diasah, dan
diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang membentuk dan membatasi perilaku
kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia
bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita
menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering berperilaku dengan cara
yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau majikan mereka.
Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya
dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak
pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”.
ena itu
penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan
baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.
C. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
INDIVIDU
·
karakteristik
biografis
- Umur
- Jenis kelamin
- Status kawin
- masa kerja
·
Kemampuan
- kemampuan fisik
- kemampuan intelektual
·
Kepribadian
·
Proses
belajar
·
Persepsi
·
Sikap
·
Kepuasan
kerja
Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :
·
Produktifitas
kerja
·
Kepuasan
kerja
·
Tingkat
absensi
·
Tingkat
turnover
D. PENDEKATAN –
PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami
perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.
Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab
timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan
perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.
Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan
menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting
dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan
dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang
dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan
psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan
sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab
Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh
stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari
perilaku. Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh
tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan
reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon
yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam pendekatan psikoanalitis,
keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah
pengamatan Superego.
4.
Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman
masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu
stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu
penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id,
Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat
dari Kesadaran.
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran,
tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan
memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan
tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti
berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka,
tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan
terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah
tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan
perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan
pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan
reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang
dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan,
dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi,
asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
E. PERSEPSI DAN KOMUNIKASI
Persepsi adalah proses
internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan
rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara
kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang
bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi
derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka
berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas.
Komunikasi
adalah penyampaian suatu informasi dari seseorang kepada orang lain dan
memberikan suatu pemahaman terhadap si penerima informasi tersebut. Komunikasi
memiliki fungsi utama, yakni sebagai fungsi kendaali, motivasi, pernyataan
emosi, dan informasi.
PENUTUP
Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda – beda. Di
dalam organisasi setiap orang mempunyai tujuan yang sama. Seluruh pekerjaan di
dalam organisasi dilakukan para anggota yang akan menentukan keberhasilannya.
Jika seorang ikut dalam organisasi, dia akan memperoleh suatu tujuan yang
membuat ia dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya. Organisasi sangat
berpengaruh terhadap individu, karena setiap individu mempunyai kebutuhan
- kebutuhan tertentu dalam dirinya demi
mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa depan. Karena kebutuhan, setiap
individual berorganisasi. Misalnya, dalam perusahaan setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda, karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda
pula. Kebutuhan – kebutuhan tersebut yang membuat mereka termotivasi untuk
melakukan pekerjaan tersebut lebih baik, baik dari dirinya sendiri maupun orang
lain. Dalam diri individu, terdapat perilaku – perilaku yang betentangan yang
disebut dengan konflik. Jika seseorang mempunyai konflik atau masalah, mungkin
mereka mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat. Disinilah
peran seorang pemimpin dalam organisasi dibutuhkan. Setiap individu mempunyai
masalah yang berbeda – beda dalam pekerjaannya dan karakter sifat yang berbeda
– beda. Ada yang menanggapi masalah tersebut dengan akal sehatnya dan ada pula
yang dengan sifat emosionalnya. Jadi seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi
dengan baik terhadap bawahannya, perbedaan karakter setiap individu dalam
menghadapi masalah harus melalui pendekatan – pendektan yang berbeda pula. Di
butuhkan kemampuan dan kecerdikan seorang pemimpin, agar bawahannya tersebut
dapat bekerja dengan baik kembali.
SUMBER
REFERENSI :
BAB V
Multiple Intellegent, Social
Intellegent, ESQ
PENDAHULUAN
Setiap
individu itu berbeda – beda. Maka dari itu, kecerdasan seseorang pun berbeda
dengan yang lainnya. Dalam perilaku organisasi kecerdasan dibutuhkan karena
setiap orang harus mampu mengembangkan kemampuannya untuk lebih maju dan
meningkatkan kinerjanya. Dalam perilaku organisasi, akan dibahas tentang kecerdasan majemuk,
kecerdasan sosial, dan kecerdasan mengendalikan emosi secara spiritual.
Kecerdasan tersebut harus selaras dan seimbang agar dalam berperilaku
organisasi kita mampu mengembangkan kemampuan intelektual.
A. MULTIPLE
INTELLIGENCE
Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari
Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple
intelligence" .Multiple intelligence artinya bermacam-macam
kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan,
tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan
menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat
ditumbuhkembangkan.
Menurut Howard
Gardener dalam setiap diri manusia ada 9 macam kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk
menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme
dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti
kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. Kecerdasan Logik Matematik
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang
dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan
keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika
dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari
hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya
cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. Kecerdasan Visual Dan Spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk
melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual
artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat.
Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran
dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati,
mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari
musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di
teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang
sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang
dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih
mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum
mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun
waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan
kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat
membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
5. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk
mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada
ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan
respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk
masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan,
sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat
memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri
dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat
menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam
menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan
perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang
koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di
alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali
tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
9.
Kecerdasan Ekstensial
Kecerdasan ekstensial adalah keverdasan tentang
spiritual. Kecerdasan ini mengenal tentang bagaimana hubungan antara manusia
dengan Sang Pencipta.
B. SOCIAL INTELLIGENCE
Social intelligence adalah
ukuran kemampuan diri dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi
sosial dengan orang-orang di sekeliling kita. Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial dan kemampuan ini merupakan sesuatu yang sangat penting sekali
dimiliki supaya hidup kita bisa berkembang secara berarti dan bisa dinikmati
sepenuhnya.
Ada
beberapa hal yang menjadi tolak ukur apakah seseorang memiliki social
intelligence yang tinggi atau rendah:
·
Sensitivitas : suatu kemampuan seseorang untuk dapat
mengenali perubahan perasaan dari lawan bicara (seperti perubahan ekspresi,
perubahan intonasi). Orang dengan sensitivitas tinggi mengetahui perubahan
suasana ketika dilakukannya diskusi dll, sehingga dapat memberikan respon yang
tepat akan perubahan suasana tersebut.
·
Credibility (Trustworthy) : kemampuan seseorang untuk
dapat dipercaya (meyakinkan) ketika dia berbicara atau berbuat mengenai suatu
hal pada seseorang. Tercipta suatu sinkronisasi antara dia dan pendengar, dan
pendengar tanpa paksaan merasa percaya dan yakin bahwa yang orang didepannya
merupakan orang yang kredibel dan layak untuk dipercaya.Trustness ini
dimunculkan dari cara berbicara seseorang, baik intonasi suara, gerak tubuh,
confidence (mental) dll.
·
Characteristic judgement: kemampuan seseorang untuk
mengenali karakteristik orang lebih cepat. Kemampuan ini dapat menentukan
karakteristik seseorang dengan melihat raut wajah, cara berbicara, cara
bersikap, cara merespon dari lawan bicara tanpa harus melakukan interaksi yang
cukup lama.
·
Empathy: kemampuan merasakan perasaan orang lain,
istilah disini lebih ditujukan untuk kemampuan merasakan perasaan orang lain
sehingga dapat bekerja sama atau berkoordinasi lebih baik dengan orang lain.
C.
Emosional
Spritual Quetient (ESQ)
Emosional Spritual Quetient atau
yang disingkat ESQ adalah adalah lembaga training membentuk karakter
kepemimpinan yang digelar oleh ESQ Leadership Centre. ESQ merupakan gabungan
emotional, spriritual dan quontient, yaitu kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual. Bapak Ari Ginanjar selaku pencetus konsep ESQ, mencoba menggabungkan
antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emotional (EQ), dan kecerdasan
spritual (SQ) dalam satu konsep yang saling terintergasi yang disebut ESQ. Di
dalam konsep ESQ, semua manusia punya intelektual dan punya emosional, tapi
kedua hal tersebut tidak sempurna kalau tidak disatukan dengan kecerdasan
spriritual.
Kecerdasan
Emosi dan Spiritual (ESQ) : Adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan,
dan motivasi spiritual dalam proses berpikir kita (IQ) dan proses merasa kita
(EQ) dalam membuat keputusan serta dalam berpikir atau melakukan sesuatu.
Dengan ESQ, kita sebagai manusia
mengakui adanya Tuhan dengan segala kebesaran-Nya dan bisa diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan konsep psikologi (religius) yang
mengakui adanya Tuhan, yang berbeda dengan konsep psikologi Barat yang hanya mengandalkan
intelektual (rasio) dan emosional.
PENUTUP
Multiple Intelligence
artinya bermacam – macam kecerdasan. Setiap orang memiliki kecerdasan yang
berbeda – beda. Kecerdasan itu sendiri dapat dikembangkan atau dilatih sesuai
dengan kemampuan dirinya sendiri. Kecerdasan harus didukung dengan
fasilitas/tempat yang tepat dan menunjang untuk mengembangkan kemampuan
seseorang tersebut. Menurut Howard Gardner, multiple Intelligence ada 9, yaitu:
Linguistik, Logik Matematik, Visual dan Spasial, Musik, Interpersonal,
Intrapersonal, Kinestetik, Naturalis, Ekstensial(Spiitual).
Social Intelligence adalah
kemampuan diri dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan untuk berinteraksi
sosial dengan orang – orang yang berada di sekitar kita. Di dalam bersosialisasi
dibutuhkan pengendalian diri dalam bersikap. Diantaranya, kesadaran,
kesungguhan diri, strategi dan analisis.
ESQ(Emosional Spiritual
Quetient) adalah cara kita menggunakan kecerdasan dalam diri yang membuat kita
untuk termotivasi dalam proses berpikir dan proses merasakan dan pengaturan
diri spiritual dalam melakukan sesuatu. Seseorang melakukan sesuatu tindakan,
ada yang disadari dan ada juga yang tidak. Ciri – ciri perilaku yang disadari,
yaitu: perilaku yang tampak, sikap yang terkontrol, disadari penuh, tergantung
situasi dan banyak berpura – pura. Ciri – ciri perilaku yang tidak di sadari,
yaitu: berupa nilai, kurang di sadari, cenderung menetap,
ditekan/disembunyikan.
Kita adalah hasil dari
kebiasaan kita, artinya kesempurnaan dalam melakukan prestasi bukan karena
sesuatu yang muncul dengan sendirinya, tetapi karena hasil dari pembiasaan.
Jadi, kecerdasan tidak hanya muncul begitu saja, tetapi harus dilatih,
dikembangkan dan berdasarkan diri sendiri.
SUMBER
REFERENSI :
http://esqway165tarakan.blogspot.com/
http://www.wikimu.com/News/Home.aspx
BAB VI
Dinamika kelompok
PENDAHULUAN
Manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa saling berinteraksi dengan orang lain. Karena adanya
interaksi membuat manusia berkelompok satu sama lainnya. Dalam perilaku
organisasi, kelompok merupakan suatu tempat untuk mencapai tujuan yang mereka
inginkan. Kelompok mempunyai karakter dan jenis – jenisnya, daya tarik untuk
individu untuk berinteraksi dalam kelompok, dan dinamika kelompok itu sendiri.
Dengan mempelajari tentang apa saja yang ada di suatu kelompok, maka kita akan
mengetahui dinamika apa saja yang akan terjadi dalam berperilaku organisasi.
A. TEORI PEMBENTUKAN KELOMPOK
1.
Teori Kedekatan
(Propinquity)
Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya
aliansi diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya.
2.
Teori Interaksi
(George Homans)
Teori interaksi berdasarkan pada
aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan
secara langsung. Ketiganya dapat dijelakan sebagai berikut:
a. Semakin banyak aktivitas seseorang
dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya
sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara
orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment yang
ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan
sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentiment orang
dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi-interaksi.
3.
Teori Keseimbangan
(Theodore Newcomb)
Teori keseimbangan menyatakan bahwa
seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap
(seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam
menanggapi suatu tujuan.
4.
Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya
dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori kedekatan, interaksi, keseimbangan,
semuanya memainkan peranan di dalam teori ini. Secara praktis pembentukan kelompok
bisa saja terjadi dengan alasan ekonomi, keamanan, atau alasan social. Para
pekerja umumnya memiliki keinginan afiliasi kepada pihak lain.
Karakteristik yang menonjol dari
suatu kelompok antara lain:
a. Adanya dua orang atau lebih
a. Adanya dua orang atau lebih
b. Berinteraksi satu dengan yang lain
c. Saling berbagi beberapa tujuan
yang sama
d. Melihat dirinya sebagai suatu
kelompok.
B.
CIRI – CIRI
KELOMPOK
Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama
untuk mencapai tujuan yang sama).
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan
antara individu satu dengan yang lain (Akibat
yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat).
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta
kedudukan masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
C.
JENIS – JENIS
KELOMPOK
Pengertian Beberapa Jenis Kelompok
1. Kelompok
Kelompok adalah dua individu atau
lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Kelompok Formal
Kelompok formal adalah kelompok kerja
bentukan yang didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan kerja
yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di dalam
kelompok ini ditentukan dan diarahkan ke sasaran organisasi.
3. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok
yang tidak terstruktur formal dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan
terjadi karena respons terhadap kebutuhan akan hubungan sosial. Kelebihannya
adalah kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan social anggotanya yang dapat
mempengaruhi perilaku dan kinerja anggotanya itu.
4. Kelompok Komando
Kelompok komando adalah kelompok yang
terdiri dari individu-individu yang melapor langsung kepada manajer tertentu,
atau dengan kata lain kelompok komando adalah manajer dan semua bawahannya.
5. Kelompok Tugas
Kelompok tugas adalah orang-orang
yang secara bersama-sama menyelesaikan tugas.
6. Kelompok
Kepentingan
Kelompok kepentingan adalah
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi
perhatian masing-masing orang.
7. Kelompok
Persahabatan
Kelompok persahabatan adalah
persekutuan social yang sering dikembangkan dari situasi kerja, ditetapkan
bersama-sama karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama.
D.
DASAR – DASAR DAYA
TARIK INTERPERSONAL
1.
Faktor Keamanan
Individu yang berada di dalam
kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena sendirian. Merasa lebih kuat,
lebih percaya diri, dan lebih tahan terhadap ancaman.
2.
Faktor Status
Bergabung ke dalam kelompok yang
dipandang penting, memberikan pengakuan dan status bagi para anggotanya.
3.
Faktor harga diri
Memiliki harga diri karena menjadi
bagian kelompok dan kejelasan status mereka bagi kelompok lain.
4.
Faktor Afiliasi
Kelompok bisa memenuhi kebutuhan
social anggotanya.
5.
Faktor Kekuasaan
Kekuasaan dan kekuatan bisa diraih
dengan berada di dalam kelompok yang sulit diperoleh jika sendirian.
6.
Faktor Pencapaian Sasaran
Untuk mencapai sasaran dan
menyelesaikan tugas dibutuhkan lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan
mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
E. TAHAP - TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK
- Mutual acceptance
- Communication and Decision making
- Motivation and productivity
- Control and organization
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan
kelompok adalah sebagai berikut:
a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk
menerima peran baru sesuai dengan dinamika
kelompok tersebut. c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain
tanpa merasa integritasnya terganggu.
: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama b) membina dan
memperluas pola c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian
perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain [8] :
1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu
akan saling mengenal satu sama lain.[1] Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang
sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.[1]
2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain,
tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok.[1] Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.[1]
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak
membutuhkan lagi dalam kelompok.[1] Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang
akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.
F. DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain
dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang
lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama.
Dinamika kelompok dengan pendekatan sosiologis dapat diamati dari
unsur-unsur pokok sistem sosial sebagai alat analisis dinamika kelompok yaitu :
·
Tujuan : segala sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok
·
Keyakinan : aspek pengetahuan/kognitif yang dianggap benar
·
Norma : perilaku standar yang dapat diterima
·
Sanksi : sistem penghargaan dan hukuman terhadap perilaku anggota kelompok
·
Peranan kedudukan : hirarki hak dan kewajiban
·
Kewenangan ambil keputusan dan mengontrol orang lain
·
Jenjang sosial
·
Fasilitas yang menyangkut alat untuk mencapai tujuan kelompok
PENUTUP
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan satu sama lainnya. Maka
dari itu, adanya interaksi dan saling berhubungan satu sama lainnya membuat
manusia membuat suatu pegelompokan. Adanya kebutuhan yang sama untuk memenuhi
kehidupan, membuat manusia terlibat dalam aktivitas kelompok. Kelompok –
kelompok tersebut menjadi sebuah organisasi yang di dalamnya terdapat orang –
orang yang saling membutuhkan. Adanya kesamaan pekerjaan, kedekatan tempat
kerja, pendidikan, seringnya bertemu, hobi, dan kesenangan bersama membuat
kedekatan satu sama lainnya. Mulailah mereka berkelompok dan menjadi sebuah
organisasi. Karena adanya tujuan yang ingin dicapai secara bersama, maka mereka
berorganisasi sesuai yang mereka butuhkan satu sama lainnya. Daya tarik manusia
membuat suatu kelompok, berdasarkan individunya itu sendiri. Faktor – faktor
yang mendukung manusia membuat kelompok yaitu; faktor keamanan, faktor harga
diri, faktor kekuasaan, faktor kesenangan, faktor status, faktor pekerjaaan dan
faktor lainnya. Kelompok di kembangkan mulai dari adanya komitmen antar
individu, pelaksanaan, komunikasi antar sesama, motivasi antar pimpinan dan
bawahan, memproduksi dan mengontrol/mengawasi. Dinamika kelompok berasal dari
kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang
lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama. Jadi di dalam suatu organisasi dibutuhkan adanya interaksi antar
individu, agar tujuan bersama yang ingin di capai bisa tercapai dengan baik.
SUMBER REFERENSI :
BAB VII
Iklim organisasi
PENDAHULUAN
Dalam setiap organisasi akan
memiliki iklim organisasi yang berbeda – beda. Keanekaragaman pekerjaan yang
ada di dalam suatu organisasi atau sifat individu yang ada akan menggambarkan
perbedaan tersebut. Iklim organisasi yang terbuka akan mengungkapkan
kepentingan dan ketidakpuasan seseorang. Iklim organisasi penting diciptakan
karena untuk mengatasi hubungan keorganisasian. Dalam perilaku organisasi akan
dibahas mengenai seberapa pentingnya iklim organisasi dan pengaruh terhadap
kinerja para pelaku organisasi.
A. KONSEP
IKLIM ORGANISASI
Definisi
Iklim Organisasi
Menurut Davis
dan Hewstrom (1995), “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan
suatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi
segala hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu
konsep yang dinamis.”
Menurut Gibson,
Ivancevich dan Donelly (1992), “Iklim organisasi adalah serangkaian keadaan
lingkungan yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan.”
Hal ini menggambarkan bahwa iklim organisasi sebagai beberapa keadaan atau
kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung, sadar
atau tidak sadar, dapat mempengaruhi karyawan.
Menurut Higgins
(1998), “Iklim organisasi adalah kumpulan dari persepsi karyawan termasuk
mengenai pengaturan karyawan. Keinginan dari pekerjaan dalam organisasi, dan
lingkungan sosial dalam organisasi.
Sifat
Iklim Organisasi
Menurut
Al-Shammri (1998), Slocum mengemukakan 4 sifat iklim organisasi, antara lain :
1.
iklim baik secara organisasi
Individu
maupun grup, secara keseluruhan bersifat psikologis dan persepsi, individu
yaitu persepsi yang diperoleh oleh seluruh anggota dari satuan unit sosial.
2.
Semua iklim adalah abstrak
Orang-orang
biasanya memanfaatkan informasi tentang barang lain dan berbagai kegiatan yang
terjadi dalam organisasi tersebut untuk membentuk suatu rangkuman persepsi
mengenai iklim. Setelah itu digabungkan hasil dari pengamatan mereka dan
pengalaman pribadi orang-orang lain untuk dibuat peta kognitif dari orang
tersebut.
3.
Iklim bersifat abstrak dan perceptual
Maka
mereka memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan persepsi seperti konsep
psikologis yang lainnya. Ketika prinsip ini digunakan dalam pengamatan
lingkungan kerja maka sebuah deskripsi yang bersifat multidimensi akan
dihasilkan.
4.
Iklim itu sendiri
Disadari
lebih deskriptif daripada evaluatif, jadi peneliti lebih banyak banyak
menanyakan apa yang mereka lihat dalam lingkungan kerja mereka pada seseorang
dibandingkan menanyakan kepada mereka untuk menyatakan apakah itu baik atau
buruk.
B. ISU – ISU
IKLIM ORGANISASI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendidikan yang sebelumnya merupakan
kebutuhan sekunder telah dipandang sebagai kebutuhan utama. Dalam hal memenuhi
kebutuhan utamanya ini, masyarakat memilih sesuai dengan kemampuan yang sangat
terkait dengan ekonomi untuk memperoleh kualitas layanan yang
setinggi-tingginya. Hal ini menciptakan kultur elitisme di kalangan
sekolahsekolah “noble industry” tersebut. Padahal masyarakat banyak, mahalnya
biaya pendidikan seringkali masih merupakan problem yang tak terpecahkan. Kita
juga maklum atas ketidakmampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan
untuk semua warga negara. Akan tetapi realitas itu janganlah dijadikan apologi
pemerintah lepas tanggung jawab dan menyerahkan kepada swasta. Bagaimanapun
tanggung jawab pendidikan tetap ada di pundak pemerintah.
Pasal 31 Undang-Undang Dasar
1945 menegaskan, setiap warga negara berhak mengikuti pendidikan. Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
UUD 45 juga menggariskan, negara harus mengalokasikan 20 persen APBN untuk
anggaran pendidikan nasional. (Tajuk Rencana Pikiran Rakyat, 4 Mei 2005). Dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pasal 46 mengamanatkan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Kabupaten Jembrana, dalam 4 tahun terakhir
telah mensubsidi Rp. 14,7 M (hampir 3,7 M per tahun) untuk menggratiskan semua
sekolah negeri. Kabupaten-kabupaten lain akan segera menyusul, di antaranya
Balikpapan. Namun hingga saat ini belum diperoleh informasi kebijakan untuk
sekolah swasta. Masih banyak sekolah swasta yang mengalami kesulitan biaya dan
terancam tutup, padahal sekolah swasta masih dibutuhkan.
C. HUBUNGAN
IKLIM ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS ORGANISASI
Menurut Soekarno
K. (1968:42) efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil di kehendaki tanpa
menghiraukan faktor – faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan alat – alat
yang telah dikeluarkan’ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektifitas
yang dipentingkan adalah semata – mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.
Hubungan iklim
organisasi dan efektifitas organisasi adanya suatu pendekatan tujuan untuk
menjelaskan efektifitas didasarkan suatu gagasan bahwa organisasi diciptakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tujuan organisasi
dibentuk dengan maksud mencapai tujuan. Seorang ahli praktek dan penulis dalam
manajemen dan perilaku keorganisasian, James I. Gibson (1989:27) menyatakan
“yang diartikan dengan efektifitas adalah pencapaian sasaran yang telah
disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukan
tingkat efektifas. Gagasan bahwa organisasi maupun kelompok dan individu itu
harus dievaluasi dari segi pencapaian tujuan, telah diterima umum secara luas.
Pendekatan tujuan menunjukan bahwa organisasi dibentuk dengan tujuan tertentu,
bekerja secara rasional dan berusaha mencapai tujuan tertentu yakni prinsip
dasar dari masyarakat barat sekarang ini. Meski pendekatan tujuan ini kelihatan
sederhana, tetapi mengandung juga beberapa persoalan.
Keefektivitasan
organisasi dapat dilakukan dengan cara melihat seberapa jauh pencapaian tujuan
yang diharapkan organisasi itu. Pendeskripsian mengenai efektivitas kinerja
organisasi meliputi produktivitas dan pemanfaatan terhadap organisasi tersebut
serta masyarakat. Setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya dinilai
sudah memperoleh keuntungan dari apa yang telah dikerjakan, berupa kepuasan
batin dan penyelesaian tugas sesuai dengan job descriptionnya.
D. IKLIM
ORGANISASI DAN KINERJA
Toulson dan
Smith (1994:457) menerangkan dalam jurnalnya bahwa konsep iklim organisasi
pertama kali dikemukakan oleh Litwin dan Stringer pada tahun 1968. Iklim
organisasi oleh Litwin dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima
dimensi, yaitu:
a. Responsibility (tanggung jawab)
b. Identity
(identitas)
c. Warmth
(kehangatan)
d. Support
(dukungan)
e. Conflict (konflik)
e. Conflict (konflik)
Pengertian dari
masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanggung
Jawab
Tanggung
jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi pimpinan bagi diri sendiri,
tidak selalu harus mengecek ulang semua keputusan yang diambil, ketika karyawan
mendapat suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui bahwa itu adalah
pekerjaannya (Toulson & Smith, 1994:457).
Tanggung
jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo, 1996:103)
atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang dibebankan (Cherrington, 1996:560).
2.
Identitas
Identitas
(identity) adalah perasaaan memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan
dan diterima dalam kelompok (Toulson & Smith, 1994:457).
3.
Kehangatan
Kehangatan
(warmth) adalah perasaan terhadap suasana kerja yang bersahabat dan lebih
ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang
informal, serta hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada pengaruh
persahabatan dan kelompok sosial yang informal (Toulson & Smith, 1994:457).
4.
Dukungan
Dukungan
(support) adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan hubungan antar sesama
rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan, lebih
ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan bawahan
(Toulson & Smith, 1994:457).
5. Konflik
Konflik
(conflict) merupakan situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat
antara bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan. Ditekankan pada
kondisi dimana manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang berbeda.
Kedua belah pihak bersedia menempatan masalah secara terbuka dan mencari
solusinya daripada menghindarinya (Toulson & Smith,1994:457).
PENUTUP
Setiap organisasi memilki
iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam
organisasi, atau setiap individu yang ada akan menggambarkan oerbedaan
tersebut. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun, dihargai oleh organisasi. Hubungan iklim
organisasi dan efektifitas organisasi adanya hubungan suatu pendekatan tujuan
untuk menjelaskan efektifitas didasarkan suatu gagasan bahwa organisasi
diciptakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Pendekatan
tujuan organisasi dibentuk dengan maksud mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Setiap organisasi yang ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya. Jadi setiap anggota organisasi harus mempunyai
komitmen untuk melaksanakan tujuan tersebut. Hubungan antar anggota organisasi
harus berjaln dengan baik, agar keefektifitasan kinerja bisa tercapai.
SUMBER
REFERENSI :
BAB VIII
Motivasi dalam organisasi
PENDAHULUAN
Perilaku seseorang itu
ditentukan oleh keinginan dan kemauannya untuk mencapai beberapa tujuan.
Keinginan itu berupa motivasi. Dengan demikian motivasi merupakan suatu
pendorong agar seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya.
Dalam perilaku organisasi dibutuhkan motivasi pada setiap individu agar mampu
meningkatkan kinerjanya dalam organisasi yang ia geluti. Motivasi berubah
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan setiap manusia. Perubahan tersebut karena adanya
kepuasan kebutuhan.
A.
PENGERTIAN MOTIVASI
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
pengertian motivasi menurut beberapa para ahli yaitu:
- Menurut Mitchell motivasi
mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang
diarahkan ke tujuan tertentu.
- Gray lebih suka
menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah
proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
- T. Hani
Handoko mengemukakan
bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Proses
timbulnya motivasi seseorang :
- Kebutuhan yang belum
terpenuhi
- Mencari dan memilih cara
cara memuaskan kebutuhan
- Perilaku yang diarahkan pada
tujuan
- Evaluasi prestasi
- Imbalan atau hukuman
- Kepuasan
- Menilai kembali kebutuhan
yang belum terpenuhi
Proses motivasi :
- Tujuan
- Mengetahui kepentingan
- Komunikasi efektif
- Integrasi tujuan
- Fasilitas
- Teamwork
B. TEORI - TEORI MOTIVASI
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti :
rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan
harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi
atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda,
sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana
dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai
keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide
melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi
yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak
lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
3. Teori
Herzberg (Teori Dua Faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam
diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan
adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar
diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah
pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain.
4. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b)
tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
5. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut
teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh
seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada
hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan
akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa
jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya
itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
6. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para
ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang
terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi
satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model
tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan
prestasi seseorang individu.
C.
PENERAPAN MOTIVASI DALAM
ORGANSASI
Pada
tingkat organisasi, motivasi pegawai dapat
meningkatkan efektivitas organisasi (organizational effectiveness) (Lawler,
1977), yang berdampak pada keanggotaan, absensi, motivasi kinerja pegawai dan
struktur tugas organisasi. Menurut Lawler (1971), dari hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa imbalan organisasi
mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan keanggotaan pegawai untuk
menentukan bergabung atau tidak dalam organisasi. Perilaku seperti
ini dapat dijelaskan karena tingginya tingkat imbalan akan
mempertinggi tingkat kepuasan dan motivasi. Untuk
itu rancangan sebuah sistem imbalan dalam
organisasi harus efektif dalam mempertahankan pegawai-pegawai yang kompeten,
sehingga dalam sistem imbalannya harus menekankan faktor keadilan eksternal,
karena persoalan pengunduran diri pegawai berarti pegawai meninggalkan
organisasi untuk memperoleh situasi yang lebih baik di lain tempat. Dari hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan adanya hubungan antara tingkat absensi
pegawai dengan kepuasan. Ketika pegawai merasa nyaman di tempat kerja dan
merasa puas, secara individu mereka akan bekerja secara teratur. Untuk itu,
kebijakan pemberian imbalan harus
membuat pekerjaan menjadi tempat yang menyenangkan.
Agar dapat meningkatkan motivasi dan kinerja pegawai, imbalan harus
diberikan pada waktu dan situasi yang tepat. Untuk itu dibutuhkan adanya alat
ukur kinerja yang
tepat, kemampuan untuk menilai imbalan yang
tepat dan berarti secara individu bagi pegawai serta kontrol terhadap sejumlah imbalan yang
pernah diterimanya. Pada tingkat organisasi, sistem imbalan dapat
digunakan untuk mengukuhkan struktur tugas yang sudah ada atau yang diinginkan
dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan.
D. MOTIVASI DAN KINERJA
1.
Kejelasan peran karyawan.
Semakin jelas
dan terinternalisasinya uraian peran di kalangan karyawan dan manajer cenderung
semakin kecilnya peluang terjadinya penyimpangan kinerja. Sebaliknya,
ketidakjelasan peran karyawan, akan menyebabkan motivasi kinerjanya menurun, bagkan hilang sama
sekali.
2.
Kompetensi Karyawan.
Kompetensi terbagi dua : 1). Kompetensi "keras" berupa
pengetahuan dan ketrampilan; 2).Kompetensi lunak (soft skills), berupa sikap,
etos kerja, motivasi, prakarsa, kreatifitas dan empati. Semakin tinggi derajat
kompetensi karyawan semakin tinggi pula motivasi kinerja yang dimilikinya.
3.
Lingkungan Kerja.
Lingkungan
kerja terbagi menjadi :
- Lingkungan
fisik (fasilitas kerja termasuk peralatan kerja, ruangan, kursi dan meja,
listrik, pendingin ruangan, kebisingan yang rendah, dan alat pengaman)
- Non-fisik
(gaya kepemimpinan manajer yang partisipatif, kompensasi, mutu hubungan
vertikal dan horisontal seperti kebersamaan serta lingkungan social).
Semakin nyaman
lingkungan kerja, semakin tinggi motivasi kinerja karyawannya.
4.
Sistem Nilai.
Nilai adalah
suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan
individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Konflik yang
terjadi antara manajer dan karyawan bisa jadi karena dipengaruhi perbedaan
nilai tentang ukuran kinerja pekerjaan; apakah dilihat dari proses ataukah
hasil; ataukah gabungan keduanya. Sistem nilai sangat memengaruhi motivasi
kinerja karyawan.
5.
Preferensi.
Yang dimaksud
adalah derajad kesukaan atau preferensi terhadap pekerjaan tertentu. Karyawan
yang tergolong teori Y (suka bekerja, disiplin, dan bertangung jawab), jenis
pekerjaan apapun cenderung siap untuk dilaksanakan.
Namun ada sebagian
kecil karyawan tergolong teori X (tak suka bekerja, malas, dan tak bertanggung
jawab), maka proses dan motivasi kinerja karyawannya menjadi rendah. Manajer
hendaknya dapat mengidentifikasi derajad preferensi karyawan terhadap pekerjaan
yang diberikan.
6.
Penghargaan.
Setiap manusia
membutuhkan penghargaan dari orang lain. Dalam bidang pekerjaan, penghargaan
yang dibutuhkan karyawan berbentuk kompensasi finansial dan non-finansial.
Kompensasi finansial dapat berupa gaji, upah, insentif, dan bonus. Kompensasi
non-finansial bisa berupa jenjang karir, piagam penghargaan prestasi, dan
ucapan terimakasih. Penghargaan adalah unsur vital dalam membangun motivasi kinerja dan kepuasan karyawan.
PENUTUP
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, membuat atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya
sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Proses motivasi berawal dari adanya
kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga mereka menciptakan suatu dorongan dari
dalam dirinya masing – masing untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Proses
ini didukung dengan adanya sikap seseorang, kepribadian, ketertarikan sesuatu,
usaha yang dikejakan dan keputusan yang dilakukan. Dari hal – hal tersebutlah
mereka memotivasi diri mereka masing – masing sesuai karakter mereka sendiri.
Seseorang bisa juga memotivasi orang lain. Misalnya dalam sebuah organisasi,
pimpinan memotivasi bawahannya untuk mengembangkan kinerjanya. Hal ini bisa
dipengaruhi dengan adanya daya tarik untuk lebih maju. Misalnya dengan
memberikan imbalan atau dengan menaikkan gaji bawahannya. Apabila hasilnnya
dapat memuaskan maka pimpinan akan memotivasi lebih baik lagi. Ada juga bawahan
yang susah untuk mengembangkan kinerjanya, maka disini pimpinan harus melakukan
pendekatan agar bahawan dia bisa melakukan pekerjaanya lebih baik lagi.
Dibutuhkan pimpinan yang bisa menjadi suatu teladan bagi orang – orang
disekitarnya.
SUMBER REFERENSI :
BAB IX
Ganjaran dalam organisasi dan kepuasan
kerja
PENDAHULUAN
Ganjaran merupakan suatu yang
diterima seseorang sebagai balasan yang telah seseorang lakukan. Dalam hal ini,
ganjaran merupakan bagian dari konsep perilaku organisasi untuk memehami
pentingnya suatu ganjaran bagi para pelaku organisasi. Kepuasan kerja merupakan
suatu hasil kinerja seseorang kepada organisasi/perusahaan yang ia masuki.
Kepuasan kerja sangat penting dipelajari dalam berperilaku organisasi karena
hal ini akan mengetahui pentingnya tingkat kinerja seseorang dan komitmen
seseorang pada suatu pekerjaan yang ia lakukan.
A.
PENGERTIAN GANJARAN
Ganjaran ialah
setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan
terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara
seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu
yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada
uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya
lebih memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan.
Ganjaran juga
sering disebut dengan istilah reward/ imbalan. Imbalan merupakan segala hal
yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua
hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan.
B.
FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI NILAI/BESARNYA GANJARAN
· Kinerja
Kinerja
merupakan ukuran dari suatu hasil. Untuk menghargai individu dalam suatu
organisasi, maka diperlukan kriteria- kriteria persetujuan untuk menentukan
kinerjanya tersebut.
· Usaha
Ganjaran terhadap suatu usaha yang dilakukan individu
dalam suatu organisasi tertentu
merupakan contoh klasik cara pemberian penghargaan atau reward.
· Keterampilan
yang dimiliki
Tingkat keterampilan yang dimiliki individu merupakan
faktor penentu besaran kompensasi yang akan diterimanya. Ini menjadi nilai
tambah terhadap ganjaran yang akan diterima individu tersebut apabila memiliki
keahlian khusus yang mendukung pada pekerjaannya di organisasi tempat dia
bekerja.
· Kerumitan
pekerjaan
Pekerjaan yang lebih rumit dan memerlukan konsentrasi
lebih untuk menyelesaikannya biasanya mendapatkan ganjaran lebih tinggi
daripada pekerjaan yang mudah dilakukan. Hal ini dimaksud agar setiap individu
merasa tertarik dan tertantang untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
tingkatan kesulitan yang lebih dengan harapan mendapat ganjaran yang lebih
tinggi pula dari organisasinya.
C.
TUJUAN GANJARAN
Ganjaran yang
diberikan pada tiap individu mempunyai alasan dan tujuan khusus. Tujuan
diberikannya ganjaran adalah:
a.
Memperoleh karyawan yang memenuhi persyaratan
b.
Mempertahankan karyawan yang ada
c.
Menjamin keadilan
d.
Menghargai perilaku yang diinginkan
e.
Mengendalikan biaya-biaya
f.
Memenuhi
peraturan-peraturan legal
D.
GANJARAN DENGAN
KINERJA
Individu mempersepsikan suatu hubungan yang kuat antara kinerja dan
ganjaran yang mereka terima jika motivasi harus dimaksimalkan. Dasar teori yang
digunakan adalah Robbins (1998:149), menyatakan bahwa dari banyak literatur mengindikasikan
faktor-faktor penting kepuasan kerja yaitu pekerjaan yang secara mental
menantang, ganjaran yang pantas, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja
yang mendukung. Sedangkan kinerja karyawan dikutip dari Bernardin dan Russel,
(1993:353). Maka, hubungan antara ganjaran dengan kinerja adalah sebagai
berikut:
- Dengan adanya manfaat ganjaran maka akan timbul
hubungan timbal balik antara perusahaan dan karyawan.
- Perusahaan mengharapkan agar ganjaran yang
diberikan memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari
karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari
nilai ganjaran yang dibayar perusahaan, supaya perusahaan mendapatkan
laba dan kontinuitas perusahaan terjamin.
- Karyawaan mengharapkan agar pekerjaan yang dikerjakannya
memperoleh imbalan/ ganjaran yang lebih dan setara dengan apa yang telah
dikerjakan untuk perusahaan. Sehingga, karyawan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
E. PENGERTIAN KEPUASAAN KERJA
- Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan
kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya
bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang
menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan
pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan
karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur
organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain
berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
- Stephen Robins : Kepuasan itu terjadi
apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan
derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan
sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan
imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan
sebuah pengorbanan.
F.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
- Pekerjaan
itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu
pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
kerja.
- Atasan(Supervision),
atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi
bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus
atasannya.
- Teman
sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan
antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama
maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
- Promosi(Promotion),Merupakan
faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh
peningkatan karier selama bekerja.
- Gaji/Upah(Pay),
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak.
G.
PROFIL KEPUASAN KERJA INDIVIDU
Theory of Work Adjustment didasarkan pada hubungan antara
individu dengan lingkungan kerjanya. Hubungan tersebut dimulai ketika individu
memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang memungkinkan untuk memberikan
tanggapan terhadap kebutuhan kerja dari suatu lingkungan kerja. Dari lain
pihak, lingkungan kerja menyediakan pendorong atau penghargaan tertentu seperti
gaji, status, hubungan pribadi, dan lain-lain dalam hubungannya dengan
kebutuhan individu. Jika individu memenuhi persyaratan kerja, maka karyawan
akan dianggap sebagai pekerja-pekerja yang memuaskan dan diperkenankan untuk
tetap bekerja di dalam badan usaha. Di lain pihak, jika kebutuhan kerja
memenuhi kebutuhan individu atau memenuhi kebutuhan kerja, pekerja dianggap
sebagai pekerja-pekerja yang puas. Individu berharap untuk dievaluasi oleh
penyelia sebagai pekerja yang memuaskan ketika kemampuan dan keahlian individu
memenuhi persyaratan kerja. Apabila pendorong-pendorong dari pekerjaan memenuhi
kebutuhan kerja dari individu, mereka diharapkan untuk jadi pekerja yang puas.
Seorang karyawan yang puas dan memuaskan diharapkan untuk melaksanakan
pekerjaannya. Jika kemampuan dan persyaratan kerja tidak seimbang, maka
pengunduran diri, tingkat pergantian, pemecatan dan penurunan jabatan dapat
terjadi. Model Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi yang menjelaskan
20 kebutuhan elemen atau kondisi penguat spesifik yang penting dalam
menciptakan kepuasan kerja.
H. KEPUASAN DAN KINERJA
Teori pengharapan Vroom mengasumsikan bahwa reward menyebabkan kepuasan dan
bahwa dalam beberapa hal kinerja menghasilkan reward, maka kemungkinan yang
terjadi di antara kepuasan dan kinerja adalah melalui variabel ketiga yaitu
reward. Secara sederhana digambarkan bahwa kinerja yang baik akan menghasilkan
reward, yang pada gilirannya akan mengarahkan kepada kepuasan, rumusan ini
menyatakan bahwa kinerja menyebabkan kepuasan melalui variabel perantara yaitu
reward.

Gambar 9.1.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa :
- Kinerja
menyebabkan reward (ekstrinsik dan intrinsik). Reward ekstrinsik seperti
gaji, promosi, status dan jaminan sedangkan reward intrinsik bisa
berbentuk aktualisasi diri, pengakuan, andil dalam pengambilan keputusan
dll.
- Hubungan
antara reward dengan kepuasan ini selanjutnya dimoderasi oleh persepsi
atas reward yang adil. Artinya, ketika seseorang merasa bahwa reward yang
diberikan tidak adil (tidak sebanding) dengan kinerja yang ditunjukkanya
maka kepuasan akan cenderung lemah, dan sebaliknya, jika seseorang merasa
bahwa reward yang diberikan sebanding (adil) dengan kinerja yang
ditunjukkanya maka ia akan cenderung puas.
- dengan
demikian, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah dan banyaknya reward
seperti apa yang dianggap wajar oleh karyawan. Artinya, meskipun reward
yang diterima kecil namun karyawan merasa bahwa reward tersebut wajar
dengan kerjanya maka kepuasan akan tetap terjaga. Model pengukuran
kepuasan seperti ini dapat menggunakan kalimat ”berapa banyak sekarang ??”
dan ”seharusnya berapa ??”.
PENUTUP
Ganjaran
merupakan segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengertian kontribusi
jasa mereka pada perusahaan. Tujuan ganjaran adalah untuk membentuk perusahaan
mencapai satu tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya
keadilan. Adanya kompensasi membuat karyawan termotivasi dalam pekerjaannya.
Dari kompensasi, merupakan pencerminan dari nilai pekerjaan seseorang dan
kepuasan kinerja karyawan. Apabila kompensasi disalurkan dengan tepat, maka
karyawan dapat termotivasi lebih agar tujuan yang ingin di capai oleh
organisasi tersebut bisa tercapai. Apabila kompensasi/gaji terlambat untuk
diberikan maka akan berdampak kepada prestasi karyawan, kinerja yang menurun
dan kepuasan nya pun kurang baik. Kepuasan kerja berkaitan dengan hal positif
yang dirasakan dalam organisasi merupakan suatu hasil yang dicapai. Kepuasan
kerja berarti meningkatnya efektivitas pekerjaan sehingga tujuan yang ingin
dicapai bisa terwujud. Apabila kepuasan dalam bekerja bisa tercapai, maka
karyawan akan mendapat penghargaan. Hal ini akan membuat mereka termotivasi
dalam bekerja selanjutnya. Oleh karena itu, organisasi harus mampu menciptakan
keyakinan bahwa tujuan organisasi adalah tujua para karyawannya juga, sehingga
terjadi hubungan yang selaras dan akan menciptakan komitmen karyawan terhadap
organisasi/tempat ia bekerja.
SUMBER REFERENSI :
http://teorionline.wordpress.com
BAB X
Manajemen komitmen
PENDAHULUAN
Dalam dunia
kerja dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi para pekerjanya. Pemahan komitmen
dalam organisasi sangatlah penting, karena akan berpengaruh terhadap kinerja
para pkerjanya dan akan menciptakan suatu suasana yang kondusif. Komitmen
seorang pekerja sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri akan
kualitas yang ia kerjakan dan komitmen tersebut berpengaruh dalam perilaku
seseorang untuk bekerja sesuai dengan yang telah diugaskan.
A.
PENGERTIAN KOMITMEN
Banyak para
ahli mengemukakan arti dari komitmen terhadap organisasi. Armstrong (1991)
menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai ada 3 (tiga) area perasaan atau
perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:
- Kepercayaan,
pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat
bekerja atau tujuan-tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai
yang diyakini kebenarannya.
- Keinginan
untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya.
Pada konteks ini orang akan memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan
pribadinya untuk bekerja diorganisasi atau dikorbankan ke organisasi tanpa
mengharapkan imbalan personal.
- Keinginan
untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.
Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi
anggota saja, tetapi lebih dari itu orang akan bersedia untuk mengusahakan pada
derajat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi, demi memperlancar
mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan pada definisi di atas dapat dilihat bahwa
komitmen organisasi itu dijelaskan melalui pada tataran afektif (Allen &
Mayer, 1990 yang dikutip oleh Feinstein, 2004) yaitu kepercayaan dan penerimaan
orang atas nilai dan tujuan organisasi, sehingga membuat orang itu untuk betah
dan tetap ingin bertahan di organisasi. Pada sisi lain ternyata komitmen
organisasi juga dapat dijelaskan pada tataran kontinuasi.
B.
KOMITMEN DALAM PROFESI MENGAJAR
Menciptakan pendidikan berkualitas diperlukan
keprofesionalitasan guru yang tinggi, dan untuk menciptakan guru yang
profesional diperlukan adanya komitmen, rasa hormat dan kebanggaan dari para
guru dan pengajar terhadap pekerjaannya yang menjadi pendorong untuk lebih baik
dalam mengajar. Salah satu unsur pembentuk kompetensi professional guru adalah
tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh tingkat abstraksi
atau kemampuan menggunakan nalar. Sebaliknya,
guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi,ditandai oleh ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.
b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk
melaksanakan tugasnya banyak.
c. Banyak
bekerja untuk kepentingan orang lain.
C.
UNSUR – UNSUR KOMITMEN
1. Identifikasi
Identifikasi,
yang mewujud dalam bentuk kepercayaan pegawai terhadap organisasi, dapat dilakukan
dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan
pribadi para pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula
kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan
membuahkan suasana saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi.
Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan
sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan
organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka
pula (Pareek, 1994 : 113).
2. Keterlibatan
Keterlibatan
atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk
diperhatikan karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkab mereka akan mau dan
senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja.
Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan pegawai adalah
dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan
keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah
diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Disamping itu, dengan melakukan
hal tersebut maka pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang
utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk
melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan
dengan apa yang mereka ciptakan (Sutarto, 1989 :79). Hasil riset menunjukkan
bahwa tingkat kehadiran mereka yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya
tinggi pula (Steer, 1985).
3. Loyalitas
Loyalitas
pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk
melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan
kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto, 1987). Kesediaan
pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang
penting dalam menunjang komitmen pegawai terhadap organisasi dimana mereka
bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan
kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.
D.
PENDEKATAN TERHADAP KOMITMEN
Allen dan
Meyer (1990 dalam Yuwono, 2005:140-141) merumuskan tiga komponen yang
mempengaruhi komitmen organisasi sehingga karyawan memilih tetap atau
meninggalkan organisasi berdasarkan norma yang dimilikinya. Komponen-komponen
tersebut adalah:
- Komitmen afektif, berkaitan
dengan keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam
organisasi karena keinginannya sendiri. Kunci dari komitmen ini
adalah want to. Individu merasakan adanya kesesuaian antara
nilai pribadinya dan nilai-nilai organisasi.
- Komitmen continuance,
suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Komitmen ini
terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus
dikorbankan bila menetap pada organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah
kebutuhan untuk bertahan (need to). Komitmen ini lebih mendasarkan
keterikatannya pada cost benefit analysis.
- Komitmen normatif, komitmen
yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan
individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Dia merasa harus
bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah kewajiban untuk
bertahan dalam organisasi (ough to). Tipe komitmen ini lebih
dikarenakan nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan secara pribadi.
PENUTUP
Komitmen merupakan usaha untuk menumbuhkan suatu
kepercayaan dan keinginan untuk mencapai tujuan. Komitmen pada organisasi
ditandai dengan adanya loyalitas dan identifikasi diri terhadap organisasi.
Komitmen pada organisasi tidak hanya menyangkut pada kesetiaan karyawan tetapi
juga melibatkan hubungan komunikasi yang harmonis. Karyawan harus memiliki
kemauan sendiri untuk memberikan segala sesuatu yang ada pada dirinya guna
membantu merealisasika tujuan dan kelangsungan organisasi. Adanya keyakinan
yang kuat membuat seseorang mempunyai motivasi, dari keyakinan dan motivasi
tersebut seseorang mempunyai komitmen untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Komitmen seseorang sangat dibutuhkan dalam ruang lingkup organisasi, karena
dengan adanya komitmen maka seseorang memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan kinerja untuk dapat mengembangkan potensi dirinya dan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
SUMBER
REFERENSI :
BAB XI
Konflik dalam organisasi
PENDAHULUAN
Konflik merupakan suatu pertentangan antara pihak – pihak yang saling
memandang satu sama lainnya sebagai pengganggu tercapainya suatu tujuan yang
ingin dicapai. Di dalam perusahaan/organisasi, pemimpin harus mampu menangani
masalah dan konflik yang terjadi dalam organisasi yang ia pimpin. Ia harus
mengetahui apa saja konflik yang timbul, baik antar individu, kelompok atau
organisasi yang lainnya. Munculnya konflik akan berdampak positif dan
negatifnya. Jadi perilaku organisasi mempelajari tetang betapa pentingnya
konflik dalam organisasi.
- HAKIKAT KONFLIK ORGANISASI
Konflik
diyakini sebagai suatu fakta utama dalam masyarakat, baik itu masyarakat
agraris maupun masyarakat modern. Konflik lebih banyak difahami sebagai keadaan
tidak berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau
gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak sempurna.
Tetapi, secara empiris, tidak diakui karena, orang lebih memilih stabilitas
sebagai hakikat masyarakat.
Sebaliknya
konfik mempunyai fungsi-fungsi positif, salah satunya ialah mengurangi
ketegangan tersebut tidak bertambah dan menimbulkan kekerasan yang memungkinkan
terjadinya perubahan-perubahan.
Pengertian konflik
Robbins (1996)
dalam "Organization Behavior" menjelaskan bahwa konflik adalah suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat
(sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh
positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut
Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan
yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan
manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu
perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Konflik menjadi
tidak sehat jika dihindari atau ditangani dengan dasar menang atau kalah (hanya
satu pihak yang menang). Akibatnya terjadi permusuhan. Kecenderungan membela
pihak tertentu timbul, maka akibatnya produktivitas sedikit demi sedikit
berkurang akhirnya lenyap sama sekali. Situasi ini biasanya sulit atau bahkan
tidak mungkin diperbaiki.
Konflik menjadi
sehat ketika pihak-pihak yang terlibat menjajaki ide-ide baru, menguji posisi
dan keyakinan mereka serta konstruktif, orang-orang yang di rangsang untuk
lebih kreatif, sehingga menuju ke arah pilihan tindakan yang lebih luas dan
hasil yang lebih baik.
Macam-Macam Konflik
1) konflik individu dengan individu
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu
pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan
dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu
karyawan lainnya.
2) konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu
pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok
pimpinan.
3) konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok
karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai
tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
- Bentuk- Bentuk Konflik Organisasi
Konflik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam sebuah
organisasi dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk atau cara :
·
Konflik antar
bawahan di bagian yang sama dalam sebuah organisasi.
·
Konflik antara
bawahan dan pimpinan di bagian yang sama dalam sebuah organisasi.
·
Konflik antar
bawahan di bagian yang berbeda dalam sebuah organisasi.
·
Konflik antara
pimpinan dan bawahan di bagian yang berbeda dalam sebuah organisasi.
·
Konflik antar
pimpinan bagian yang berbeda dalam sebuah organisasi.
- Pendekatan- Pendekatan untuk
Menangani Konflik Organisasi
(a)Pendekatan Pencegahan,
·
Meningkatkan partisipasi seluruh elemen
pelaku organisasi khususnya subordinasi dalam perumusan kebijakan dan
perencanaan perusahaan,
·
Melakukan sosialisasi dan
internalisasi strategi dan kebijakan perusahaan,
·
Penyediaan sumberdaya yang
dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi secara lengkap dan bersinambung,
·
Membangun struktur organisasi yang
fleksibel dalam mengembangkan komunikasi dan koordinasi yang efektif serta
dinamika kelompok,
·
Membangun suasana kekeluargaan dan
kebersamaan secara psikologis.
(b) Pendekatan Penghindaran
·
Menarik diri secara ikhlas dari
konflik sebelum datangnya konflik yang parah,
·
Setiap yang berkonflik siap menghilangkan
keegoannya masing-masing,
·
Kesediaan membuka pintu maaf.
(c)
Pendekatan Pemecahan konflik.
· Yang
berkonflik saling mengidentifikasi penyebab konflik secara terbuka,
· Memperkecil
perbedaan-perbedaan; sebaliknya menumbuhkan pemahaman bersama tentang kerugian
adanya konflik yang berkepanjangan,
· Mengembangkan
tujuan dan kepentingan bersama di antara yang berkonflik,
· Menggunakan
peran mediator yang netral, obyektif, akhli, dan berpengalaman.
- Konflik Organisasi dan Kinerja
Dalam sebuah
organisasi khususnya organisasi besar, dalam hal pembagian kerja, sering
menimbulkan konflik, antara unit kerja yang ada atau konflik antar organisasi. Timbulnya
konflik ini dikarenakan adanya perbedaan tujuan antara satu pihak dengan pihak
lain yang terlibat dalam konflik tersebut.
Oleh karena itu
diperlukan kerjasama dan koordinasi antar struktur dalam organisasi atau antar
organisasi sehingga dapat meminimalkan terjadinya perbedaan.
Ross (1993)
mengemukakan ada dua sumber konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi atau
kelompok, adalah adanya unsur persaingan dan unsur kekuatan. Menurut teori
struktur, konflik dipicu oleh sosial adanya persaingan antara pihak-pihak yang
berkepentingan.Tindakan terhadap pihak lain dalam pemikiran teori struktur
social akan menciptakan tantangan nyata untuk meningkatkan solidaritas dan
respon kolektif dalam menghadapi lawan. Selanjutnya pihak-pihak tersebut
melakukan konsolodasi secara sadar sehingga membentuk suatu kekuatan dalam
menghadapi konflik tersebut.
Misalnya
pekerja pada perusahaan menginginkan kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi oleh
perusahaan sedang pemilik perusahaan mempunyai kepentingan lain untuk mengembangkan
perusahaan perlu memperkuat posisi persaingan. Persaingan dapat diperkuat bila
perusahaan mampu menguasai pasar. Penguasaan pasar bisa ditempuh antara lain
dengan menekan harga dibawah harga perusahaan lain. Penekaanan harga hanya
dimungkinkan bila menekan biaya produksi, penekanan biaya produksi bisa
ditempuh diantaranya dengan menekan biaya tenaga kerja, sedangkan karyawan
berkeinginan memperoleh gaji yang mencukupi. Perbedaan semacam ini sering kali
diantara menjadi pemicu terjadinya konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan
perusahaan, bila tidak ditangani secara serius akan menimbulkan dampak yang
sangat berarti bagi usaha pencapaian tujuan perusahaan , salah satunya adalah
rendahnya kinerja karyawan secara keseluruhan akan mempengaruhi produktifitas
perusahaan Anoroga (1992: 101)
Akan tetapi
tidak hanya itu saja yang ditimbulkan oleh konflik yang tidak ditangani secara
tepat dan bijaksana, dapat pula berakibat langsung pada diri karyawan, karena
mereka dalam keadaan suasana serba salah sehingga mengalami tekanan jiwa
(stress).
PENUTUP
Konflik adalah
suatu proses interaksi terhadap suatu pendapat yang saling berbeda satu sama
lainnya dan berakibat kepada perselisihan antara pihak – pihak yang
bertentangan. Konflik bermula pada suatu perbedaan pendapat, pemenuhan
kebutuhan, dan tindakan antara pihak – pihak bertentangan. Konflik akan semakin
bertambah parah apabila antara pihak yang bersengketa tidak ada yang mau kalah.
Apabila konflik ini terjadi di suatu organisasi makan akan berdampak luas
kepada yang lainnya. Apabila ada yang bertentangan, maka kinerja dari seseorang
pun akan menurun dan berdampak pada kualitas dan pencapain tujuan. Konflik bisa
terjadi pada individu, kelompok maupun organisasi. Dalam pemecahan nya harus
melalui pendekatan – pendekatan secara baik – baik dan harus bisa saling
menahan diri dalam perselisihan.
SUMBER REFERENSI :
Robbins,
Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi.
Jakarata: Erlangga.
BAB XII
Manajemen Stress
PENDAHULUAN
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak sulit dan membuat
ketidakseimbangan dalam hidup. Dalam perilaku organisasi, dibutuhkan suatu
manajemen stress untuk menghadapi tuntutan yang berlebihan. Tujuan manajemen
stress untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik lagi dari pada
sebelumnya. Manajemen stress akan menganalisa pengaruh stress pada kinerja dan
kemampuan berpikir seseorang.
A.
KONSEP STRESS
Stress adalah
suatu ketidakseimbangan diri/ jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang
tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap
sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti
cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta. Perubahan positif juga dapat
menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
Menilik dari
pengertian stress sendiri, maka berbagai pengertian manajemen stress pun
diungkap sebagai berikut:
·
“Stress (n), Psychological and
physical strain or tension generated by physical, emotional, social, economic,
or occupational circumstances, events, or experiences that are difficult to
manage or endure.” (Colman, Andrew M. (1st ed.).(2001). Oxford
Dictionary Of Psychology. hal. 711)
·
Manajemen stres adalah
kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan
kejadian-kejadian yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan.
B.
MEKANISME
STRESS
Stress baru nyata dirasakan apabila
keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru mengalami highlight manakala
kita mempresepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita punya
untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandang diri kita masih
bisa menahan tekanan tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari kemampuan
kita menahan) maka tekanan highlight belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan
tersebut bertambah besar (dari stressor yang sama atau dari stressor lain
secara bersamaan) tekanan menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
Selama
pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke otak, mekanisme Stress ini berjalan terus.
Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan syaraf (Goleman,
2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron counterpart yang
bekerja otonom menangkap vigilance pada saat kita ber- interaksi sosial, kemudian
membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan bacaannya. Dengan
perkataan lain, meskipun secara mental kita bisa melakukan adjustment, tubuh
secara otonom melakukan mekanisme pertahanan atau perlindungan sesuai bacaan
neuron mirror.
C.
KATEGORI STRESS
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres fisik,
disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi,
disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik,
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik,
disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres proses
pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres psikis/
emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya,
atau keagamaan.
D.
REAKSI- REAKSI
TERHADAP STRESS
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang
paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu
penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan
jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang
melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang
disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah
dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih.
E.
STRATEGI
PENANGANAN STRESS
Kiat untuk mengendalikan stres menurut
Grant Brecht (2000) sebagai berikut :
a. Sikap, keyakinan dan
pikiran kita harus positif, fleksibel, Rasional, dan adaptif terhadap orang
lain. Artinya, jangan terlebih Dahulu menyalahkan orang lain sebelum
introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan
faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
1).
Kemampuan menyadari (awareness skills)
2).
Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
3).
Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
4).
Kemampuan untuk bertindak (action skills)
c. Perhatikan diri
anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda.
d. Kembangkan sikap
efisien.
e. Relaksasi
f. Visualisasi
(angan-angan terarah)
Teknik singkat untuk menghilangkan stres,
misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat,
membaca, kecanduan positif (melakukan yang disukai secara teratur), istirahat
teratur dan ngobrol.
F.
STESS DAN
KINERJA
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan
dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman
terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi
peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga
karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Dalam dunia
kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah sehubungan dengan stres dan kondisi-kondisi
yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak, pekerjaan
seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak dalam kurun
waktu yang panjang, karena memang manusia setiap harinya berkecimpung di tempat
kerjanya lebih dari sepertiga kali waktunya.
Stres kerja
sering menimbulkan masalah bagi tenaga kerja, baik pada kelompok eksekutif
(white collar workers) maupun kelompok pekerja biasa (blue collar workers).
Stres kerja dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja, baik fisik maupun
emosional. Hal itu juga didukung oleh Sullivan dan Bhagat (1992) dalam studi
mereka mengenai stres kerja (yang diukur dengan role ambiguity, role conflict,
dan role overload) dan kinerja, pada umumnya ditemukan bahwa stres kerja
berhubungan secara negatif dengan kinerja.
Stres mempunyai
posisi yang penting dalam kaitannya dengan produktivitas sumberdaya manusia,
dana dan materi. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri
individu, stres juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari organisasi dan
lingkungan. Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang
paling utama, oleh karena itu perlu dibina secara baik. Stres pada karyawan
sebagai salah satu akibat dari bekerja perlu dikondisikan pada posisi yang
tepat agar kinerja mereka juga pada posisi yang diharapkan.
PENUTUP
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak dimana manusia
merasa ada tuntutan sehingga membutuhkan suatu kemampuan untuk mengatasinya.
Stress melanda seseorang karena adanya bentuk kelelahan berkelanjutan, rasa
tegang, dan tuntutan. Manajemen stress sangat diperlukan dalam perilaku
organisasi. Karena disini seseorang dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
apa yang telah ditugaskan. Apabila dalam tugas tersebut terdapat rasa tuntutan
dan kekhawatiran yang membuat pikiran menjadi kacau, hal ini harus segera
diselesaikan agar kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya terlaksana
dengan baik. Keterkaitan hubungan sosial antara pegawai dan atasan harus
memperhatikan kebutuhan satu sama lainnya, agar kinerja organisasi tersebut
berjalan dengan baik. Hubungan sosial sangat berpengaruh dalam menyelesaikan
masalah stress. Seseorang pimpinan dapat membantu bawahan nya agar ia tidak
jenuh dengan pekerjaannya. Hal ini
dilakukan dengan cara pendekatan dan memberikan penghargaan agar kinerja
para pegawai bisa berjalan baik dan tujuan dari organisasi tersebut bisa
tercapai dengan baik.
Sumber Referensi :
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
BAB XIII
Kualitas kehidupan kerja dan kinerja
PENDAHULUAN
Kualitas kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Kinerja karyawan yang meningkat, akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
kerja dalam organisasi meningkat juga. Kualitas kehidupan kerja bisa terwujud
apabila para pelaku organisasi mampu memahami karakteristik tiap individu –
individunya dan dapat meningkatkan proses pekerjaannya untuk lebih baik. Dengan
adanya moral, maka tiap individu mempunyai kualitas kinerja yang baik. Karyawan
yang bermoral tinggi pasti akan berpengaruh terhadap organisasinya, dan akan
mempunyai perilaku yang baik.
A. KONSEP KUALITAS KEHIDUPAN
KERJA
Kualitas kehidupan kerja adalah kinerja yang
ditunjukan oleh ukuran tentang bagaimana warga organisasi merasakan hal – hal
seperti; pekerjaanya, kemanfaatannya, kondisi kerjanya, kesan anak buah
terhadapap pimpinannya, peluang untuk maju, pengembangan, kepastian, dan imbal
jasanya. Menurut Dr. Bennet Silalahi mengistilahkan kinerja dengan istilah
“unjuk kerja” yang dapat diartikan sebagai “nilai perilaku seorang karyawan
terhadap peranan(function), kegiatan (activities) dan tugas yang dituntut oleh
persyaratan jabatan atau bisa diartikan perbandingan luaran dengan perilaku
kerja dalam kegiatan kerjanya. Sedangkan menurut Scott A Snell dan Kenneth N
Wexley mendefinisikan kinerja sebagai “ kulminasi tiga elemen antara
keterampilan (skill), upaya dan sifat
keadaan eksternal”. Secara umum Maier mengartikan kinerja sebagai kesuksesan
seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaaan.
B. JOB ENRICHMENT DAN JOB ENLARGEMENT
·
Job Enlargement adalah memperluas
isi pekerjaan secara horisontal, mengurangi spesialisasi. Motivasi melalui job
enlargement adalah memberikan tugas dan tanggung jawab lebih besar pada
karyawan. Namun ini dalam bentuk kuantitas. Misalnya, seorang tenaga
telemarketing, diminta untuk melakukan panggilan lebih banyak lagi.
·
Job Enrichment hampir sama dengan
job enlargement. Hanya bedanya, jika job enlargement menambah dalam kuantitas,
maka job enrichment menambah pekerjaan dalam hal kualitas, atau
kompleksitasnya. Misalnya, seorang teknisi yang biasanya menangani mesin,
kemudian ditugaskan untuk menangani mesin baru yang lebih kompleks.
Dengan demikian, “Job Enrichment” dan “Job Enlargement” merupakan teknik
untuk mengembalikan energi karyawan yang surut oleh kebosanan sehingga dengan
adanya “Job Enrichment” dan “Job Enlargement” ini diharapkan karyawan bisa bekerja
lebih optimal dan akan mencapai kualitas kehidupan kerja yang baik.
C. KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
DAN KINERJA
Kualitas
kehidupan kerja dalam organisasi sangat bergantung pada kinerja para
anggotanya. Apabila kinerja yang diciptakan oleh anggota organisasi adalah
kinerja yang baik dan memuaskan, maka kualitas kerja yang diciptakan organisasi akan baik
dan memuaskan pula, begitupun sebaliknya. Menurut
Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the contribution
of individuals to their organization “.
Penilaian kinerja adalah cara mengukur
konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.
Melalui penilaian inilah dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana
kinerja karyawan. Apabila terdapat penyimpangan didalam kinerja karyawan dalam
artian tidak tercapainya efektifitas penyelesaian tugas/pekerjaannya, maka
perlu diadakannya perbaikan. Dengan adanya perbaikan ini akan dapat menciptakan
kinerja yang baik dan secara otomatis akan menciptakan kualitas kehidupan kerja
yang baik pula didalam organisasi.
Kualitas
kehidupan kerja dan kinerja merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Kualitas kehidupan kerja dapat terwujud apabila kinerja yang dihasilkan
karyawan/pekerja dalam organisasi/perusahaan mencapai pada tahap efektivitas.
Dengan demikian, kualitas kehidupam kerja dapat didefinisikan sebagai hasil
maksimal yang dicapai organisasi didalam menyelesaikan berbagai tugas/pekerjaan
yang menjadi tanggungjawabnya dimana hasil maksimal tersebut dapat dirasakan
puas oleh pihak-pihak intern maupun ekstern organisasi.
Oleh
karena itu, untuk memahami perilaku dan tingkah laku individu dalam upaya
peningkatan kinerja yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi kelangsungan
hidup organisasi, maka didalam kajian ilmu perilaku organisasi diperlukan
pemahaman kajian tentang kualitas kehidupan kerja dan kinerja sehingga
efektivitas tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal.
D. PENGERTIAN MORAL KERJA
Istilah
moral digunakan untuk menerangkan perilaku organisasi. Drafke & Kossen
(1998) mendefinisikan: moral kerja mengacu pada sikap-sikap karyawan baik
terhadap organisasi-organisasi yang mempekerjakan mereka, maupun terhadap
faktor-faktor pekerjaan yang khas, seperti supervisi, sesama karyawan, dan
rangsangan-rangsangan keuangan. Ini dapat dianggap berasal baik dari individu
maupun kelompok yang merupakan bagian dimana karyawan berada. William B. &
Keith Davis (1993) menghubungakan moral kerja dengan quality of work life effort. Menurutnya, moral kerja bermanfaat dan
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang erat kaitannya dengan usaha
membina relasi antar karyawan, komunikasi informal dan formal, pembentukan
disiplin serta konseling.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORAL
- Kesadaran akan tujuan
organisasi
- Hubungan antar-manusia
dalam organisasi berjalan harmonis
- Kepemimpinan yang
menyenangkan
- Tingkatan organisasi
- Upah dan gaji
- Kesempatan untuk
meningkat atau promosi
- Pembagian tugas dan tanggung
jawab
- Perasaan diterima
dalam kelompok
- Dinamika lingkungan
- Kepribadian
F. MORAL DAN PRODUKTIVITAS
Harris
(1984) menjelaskan bahwa semenjak moral dilibatkan kedalam sikap-sikap
karyawan, adalah penting untuk meninjau akibat dari moral tinggi (dipersepsi
dengan kepuasan tinggi) dan moral rendah (persepsi kepuasan rendah). Satu dari
efek atau pengaruh yang tidak dapat diramalkan dari moral adalah dampak pada
produktivitas karyawan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh Kazt dan Vroom
memperlihatkan tidak ada hubungan yang konsisten antara tingkat moral kerja
yang spesifik dengan kinerja produktif karyawan. Kadang-kadang produktivitas
tinggi dan moral juga tinggi, tetapi di lain waktu produktivitas rendah
meskipun moral kerja tinggi dan sebaliknya.
Selanjutnya Harris
mengatakan bahwa kemungkinan gejala hubungan antara produktivitas dengan
tingkat moral harus dipertimbangkan dari tiga persepsi yang mempengaruhi
tingkat moral seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu (1) persepsi
karyawan terhadap keadaan organisasi yang tidak dapat dikendalikannya, seperti
pengawasan, kerja sama dengan rekan sekerja, dan kebijakan organisasi terhadap
pekerja. Bila faktor tersebut dipandang menyenangkan bagi karyawan, moral kerja
akan cenderung tinggi (2) persepsi karyawan terhadap tingkat kepuasan yang
diperoleh dari imbalan yang diterima (3) persepsi karyawan terhadap kemungkinan
untuk mendapatkan imbalan dan masa depan serta kesempatan untuk maju.
PENUTUP
Kualitas kehidupan kerja mengungkapkan bahwa pentingnya
kebutuhan kehidupan manusia berada pada lingkungan kerjanya. Dari kualitas
kerja, akan mengubah suatu organisasi ke arah yang lebih maju. Kualitas kerja
mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya apabila kualitas kinerja
seseorang baik dalam suatu organisasi, maka ia akan mendapatkan penghargaan dan
bisa memenuhi kebutuhan suatu yang diperlukan. Moral dari suatu individu
mempengaruhi suatu kualitas kinerja seseorang. Apabila moral itu rendah maka
hasil pencapaiannya pun akan berjalan tidak efektif. Dibutuhkan keterampilan
dan motivasi dalam suatu kualitas kerja. Oleh karena itu, seseorang harus mampu
meningkatkan moralnya dalam suatu organisasi dan ia harus mampu mengambil
keputusan yang terbaik dalam organisasi tersebut.
Sumber Referensi :
BAB XIV
Pengembangan organisasi dan organisasi
yang sehat
PENDAHULUAN
Pengembangan organisasi merupakan perubahan – perubahan yang terjadi
dalam organisasi melalui upaya perbaikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi yang sehat merupakan suatu suasana yang akan membangkitkan motivasi
para pekerjanya dan itu akan meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut.
Dibutuhkan strategi dan kreatifitas para pelaku organisasi untuk mengembangkan
organisasi tersebut sesuai dengan pencapaian tujuan yang ingin di capai. Karena
zaman semakin berkembang, maka organisasi pun harus mengikuti zaman agar mampu
mencapai tujuan tersebut dengan efektif dan efisien.
A.
PERLUNYA
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Pengembangan
Organisasi lebih dikenal dengan organization development (OD).
Pengertian pokok pengembangan organisasi adalah perubahan yang terencana (planned
change). Perubahan, dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi,
terus- menerus terjadi dan mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam
masyarakat kini. Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyakat modern,
harus beradaptasi terhadap arus perubahan ini. Perubahan- perubahan yang
terjadi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu:
·
perkembangan
teknologi,
·
perkembangan
produk,
·
ledakan ilmu
pengetahuan dan jasa,
·
perubahan
sosial yang mempengaruhi perilaku, gaya hidup, nilai- nilai dan harapan tiap
orang.
Untuk dapat
bertahan, organisasi harus mampu mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi
dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan dampak positif dari berbagai
pembaruan tersebut dengan pengembangan diri dan pengembangan organisasi. Proses
mengarahkan warga organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan
inilah yang dikenal luas sebagai proses pengembangan organisasi/ organization
development (OD).
B.
PENGERTIAN
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Pengembangan organisasi didefinisikan sebagai upaya pimpinan yang terencana
dalam meningkatkan efektivitas organisasi, dengan menggunakan cara intervensi
(oleh pihak ketiga) yang didasarkan pada pendekatan perilaku manusia.
Pengembangan organisai menurut para ahli :
a. Warren G. Bennis
Pengembangan
organisasi adalah suatu jawaban terhadap pereubahan, suatu strategi pendidikan
yang kompleks yang diharapkan untk merubah kepercayaan, sikap, nilai, dan
susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik dalam menyesuaikan
dengan teknologi, pasar dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat
dari perubahan itu sendiri.
b. Richard Beckhard
Pengembangan
organisasi adalah suatu usaha berencana, meliputi organisasi keseluruhan,
diurus dari atas meningkatkat efektivitas organisasi melalui pendekatan
berencana dengan proses organisasi, dengan memakai pengetahuan ilmu perilaku.
C.
PENGEMBANGAN
ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN
Manusia sebagai
anggota dan pemimpin kelompok. Organisasi yang menerapkan pengembangan
organisasi harus berasumsi bahwa setiap orang dapat diterima dan diakui
perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam organisasi perlu ditumbuhkan keterbukaan
agar para anggotanya dapat dengan leluasa mengungkapkan perasaannya dan
pikirannya. Dalam keterbukaan , orang akan mendapatkan kepuasaan kerja yang
lebih tinggi, sehingga dengan demikian performansi kelompok akan lebih efektif.
Oleh karena itu
untuk mendukung keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dalam
pengembangan organisasi yang akan mendukung secara efektif penerapan nilai-
nilai budaya kerja, sangat erat hubungan dengan hal- hal atau faktor- faktor
penentu keberhasilannya yang saling terkait satu dengan yang lainnya sebagai
berikut :
1. Komitmen dari Top Manajemen
Dalam Organisasi
2. Membangun Lingkungan
Organisasi Yang Kondusif
3. Menciptakan Saluran
Komunikasi Yang Efektif
4. Penegakan kedisiplinan
D.
PENGEMBANGAN
ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN LATIHAN
Walaupun masih
menjadi suatu kemunculan profesi, sebagian besar profesional PO memiliki
pelatihan khusus didalam PO, terbentang dari kursus- kursus jangka pendek dan
workshop- workshop, serta pendidikan master dan doktor. Tidak ada jalur karir
tunggal, namun demikian konsultan internal sering digunakan sebagai batu
loncatan untuk menjadi konsultan eksternal.
Pelatihan ini
sebaiknya secara ekplisit dapat mengadopsi harapan-harapan dari seluruh pegawai
menyangkut :
· Kewajiban- kewajiban mengkomunikasikan masalah- masalah
tertentu yang dijumpai.
· Membuat Daftar jenis- jenis masalah, termasuk kecurangan
yang terjadi atau yang dicurigai untuk dikomunikasikan secara jelas dan
spesifik; dan
· Informasi bagaimana mengkomunikasikan masalah2 tersebut.
Dan juga sebaiknya ada kepastian dari Manajemen Senior mengenai harapan-harapan
pegawai dan tanggung jawab2 komunikasi tersebut. Pelatihan semacam itu
sebaiknya meliputi suatu elemen “Sadar akan adanya Kecurangan (“fraud
awareness”) yang positif tapi tidak ditekankan pada bahwa kecurangan dapat
menjadi mahal bagi entitas dan para pegawainya.
E.
PENGEMBANGAN
ORGANISASI DAN PENELITIAN OPERASI
Issue-issue yang berkaitan dengan etika di dalam
pengembangan organisasi melibatkan bagaimana para praktisi melaksanakan peran
bantuan mereka dengan klien. Para praktisi ini merupakan bagian dari
objek/orang-orang yang terlibat dalam penelitian operasi. Pengembangan
organisasi senantiasa menunjukkan perhatiannya terhadap pelaksanaan yang
berkaitan dengan etika para praktisi, dan pada akhir-akhir ini sebuah kode yang
berkaitan dengan etika untuk praktek pengembangan organisasi telah dikembangkan
oleh berbagai macam asosiasi profesional di dalam pengembangan organisasi.
Issu-issu yang berkaitan dengan etika di dalam pengembangan organisasi cenderung
untuk muncul di sekitar issu-issu berikut ini, seperti : pemilihan intervensi,
menggunakan informasi, menahan servis, ketergantungan klien, pemilihan
partisipasi, dan memanipulasi klien.
F.
KREATIVITAS
DALAM PENGEMBANGAN ORGANISASI
Pada kreasi
yang dimaksudkan disini adalah pengetahuan baru yang diciptakan melalui
sejumlah proses yang berbeda tingkatan dari inovasi terhadap penelitian yang
telita dan eloborasi. Hal tersebut dapat juga melalui kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan yang baru dan kombinasi dari unsur- unsur pengetahuan yang
diketahui melalui kompleksitas induksi yang beralasan.
Kreativitas individu
Pada
kreativitas individu membutuhkan kekuatan mental sebagai unsur yang sangat
menentukan dalam membangkitkan semangat. Dengan semangat dapat tumbuh dan
berkembang akan ditentukan oleh kebiasaan dalam mengaktualisasikan berpikir ke
arah yang positif.
Kreativitas kelompok
Pada
kreativitas kelompok sudah tentu akan menjadi lebih baik dari cetusan wawasan
dan imajinasi sbagai individu karena kita akan mendapatkan sumber pemikiran
yang diciptakan oleh kekuatan pikiran dari kelompok.
Dalam praktek
kerja kelompok harus kita bdakan dengan kerja tim karena kerja kelompok adalah
kumpulan beberapa individu yang berkumpul berdasarkan persamaan ciri- ciri atau
kepentingan yang didorong kemampuan individu yang dapat bekerjasama untuk
mendorong mental individu, melahirkan ide/ gagasan lebih banyak serta individu
lebih dekat dalam berkomunikasi. Sedangkan kerja tim adalah jenis khas kelompok
kerja tim yang harus diorganisasikan dan dikelola secara berbeda denjis
kelompok kerja lainnya.
Inovasi organisasi
Pada inovasi
organisasi yang sukses haruslah didukung dan digerakkan oleh kepemimpinan
puncak, yang memiliki tujuan tertentu dan dihasilkan dari analisa, sistem dan
kerja keras tim kerja kelompok sebagai satu proses dua langkah artinya pertama
inovasi itu sendiri, kedua suatu usaha yang berisiko tinggi untuk mengubah
penemuan menjadi suatu produk atau proses yang berpotensi komersil.
Oleh karena itu, pelaksanaannya harus mengikuti prinsip
keharusan bahwa:
1) harus memiliki tujuan dalam memaksimumkan peluang;
2) inovator yang terlibat memiliki kemampuan;
3) kerja yang jelas, sederhana, dan terfokuskan agar
semua alokasi sumber dana digerakkan menjadi efesien dan efektif;
4) inovasi kelompok menjadi inovasi organisasi;
5) adanya kesinambungan aktivitas berdasarkan orientasi
kepemimpinannya bukan semata-mata laba.
Pengambilan
keputusan
Pada proses pengambilan keputusan
kita memanfaatkan proses berpikir kedalam dua lingkungan yang disebut
lingkungan alam sadar (kesadaran/ otak atas kanan; kecerdasan/ otak atas kiri)
dan alam bawah sadar atau otak bawah sadar yang berpusat di hati.
Dengan otak bawah sadar yang kita
sebut dengan akal menjadi hasil kerja hati dengan penghayatan yang juga kita
sebut dengan intuisi sehingga dalam proses berpikir dimana dengan akal itu akan
menunjukkan dimana letak bahaya, bagaimana ia dapat dihindarkan, selanjutnya
menunjukkan jalan dan cara-cara mencapai tujuan.
G.
STRATEGI- STRATEGI
DALAM PENGEMBANGAN ORGANISASI
Teknik pengembangan oraganisasi pada hakekatnya adalah strategi interfensi
yang dapat dipergunakan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi
oleh organisasi atau di dalam melakukan perubahan-perubahan. Sampai sekarang
cukup banyak teknik pengembangan organisasi yang telah dikembangkan oleh para
pakar. Di antara teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Latihan Kepekaan (sensitivity
taining); Merupakan teknik pengembangan yang pertama diperkenalkan dan ayang
dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam
kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10
peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan
(sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga
antar-pribadi.
2. Kisi Pengembangan Organisas;
Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial
grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini
mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya
kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun
aspek produksi.
3. Survai Umpan Balik; Tiap peserta
diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap
mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka).
Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para
penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan
kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan
perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Konsultasi Proses; Dalam Process
consultation, konsultan pengembangan organisasi mengamati komunikasi, pola
pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan
konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik
pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya, serta
menganjurkan tindakan koreksi.
5. Pembentukan Tim; Adalah
pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu
dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik tim building sangat membantu
meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya
bersifat matriks.
6. Transcational Analysis (TA); TA
berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara
menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang
wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi
yang buruk dan menyesatkan.
7. Intergroup Activities; Fokus
dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin
timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
8. Third-party Peacemaking;Dalam
menerapkan teknik ini, konsultan pengembangan organisasi berperan sebagai pihak
ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai
teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan
kelompok.
PENUTUP
Pengembangan
organisasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan keefektifitasan
keorganisasian yang dikerjakan individu – individu untuk memenuhi tujuan
organisasi tersebut. Pemimpin harus bisa mengembangkan keterampilan para anak
buah nya agar lebih memotivasi dalam meningkatkan kinerjanya dan harus bisa memberikan
pelatihan – pelatihan supaya para anggotanya memiliki keahlian khusus dalam
bidang yang ia kerjakan. Dalam mengembangkan organisasi harus memilki strategi – strategi khusus agar dapat memajukan
kualitas dan kinerja dalam organisasi tersebut.
SUMBER
REFERENSI :
BAB XV
Budaya organisasi
PENDAHULUAN
Budaya merupakan perwujudan
dari tingkah laku para pelaku dalam berorganisasi. Budaya organisasi mengacu kepada
suatu sistem yang dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan
organisasi itu dengan yang lainnya. Dibutuhkannya budaya organisasi dalam
pemahaman organisasi, karena budaya organisasi mempelajari tentang suatu
perilaku yang khas sebagai identitas dari organisasi tersebut untuk
mengembangkan kinerja para pelaku organisasi dalam pencapaian tujuan yang
dinginkan.
A. KONSEP
BUDAYA ORGANISASI
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi
dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok
masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman
berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut
ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut
Wood, Wallace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem
yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu
menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut
Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan
pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian
organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289),
budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut
Schein (1992:12),
budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk
bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus
diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang
benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway
dan Lodge (GE : 2000),
budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara
pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
B. FUNGSI
BUDAYA DALAM ORGANISASI
Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya
membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat
makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
C.
UPAYA
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BUDAYA ORGANISASI
·
Inovasi
dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif
dan berani mengambil risiko.
·
Perhatian
pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
·
Orientasi
hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
·
Orientasi
orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari
hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
·
Orientasi
tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada
indvidu-individu.
·
Stabilitas.
Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya denganpertumbuhan.
D.
FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA ORGANISASI
Menurut
Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya
organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari
nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn
nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan
kebersihan.
3. Faktor-faktor yang
spesifik dari organisasi
Organisasi selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal
maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi.
E.
PROSES PEMBENTUKAN BUDAYA
ORGANISASI
Selanjutnya,
kita akan membicarakan tentang proses terbentuknya budaya dalam organisasi.
Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu
budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan atau
kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1)
pendiri organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4)
luar organisasi; (4) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan (6) masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan cara: (1)
kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian budaya. Pembentukan
budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun memerlukan waktu
dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam
organisasi.
F.
BUDAYA ORGANISASI DAN KINERJA
Budaya
Organisasi berfungsi sebagai perkat, pemersatu,
identitas, citra, motivator bagi seluruh staff dan orang-orang yg ada di dalamnya. Selanjutnya, sistem nilai tersebut diwariskan kepada generasi
berikutnya, dan dapat dijadikan acuan prilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target kinerja yang ditetapkan.
identitas, citra, motivator bagi seluruh staff dan orang-orang yg ada di dalamnya. Selanjutnya, sistem nilai tersebut diwariskan kepada generasi
berikutnya, dan dapat dijadikan acuan prilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target kinerja yang ditetapkan.
PENUTUP
Budaya
organisasi adalah suatu sistem yang memiliki keterkaitan atau hubungan yang
akan mempengaruhi individu dalam berperilaku organisasi. Budaya organisasi
tercipta melalui perilku individu dengan yang lainnya sehingga tercipta suatu
keterkaitan dan akan berpengaruh dalam kinerja seseorang. Apabila budaya dalam
organisasi itu baik, akan membuat suasana kerja yang nyaman dan menyenagkan.
Sebaliknya, apabila budaya dalam organisasi tersebut buruk, maka akan berdampak
kepada tujuan yang ingin dicapai pun tidak akan terlaksana dengan baik.
SUMBER REFERENSI :
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen
P. 2005. Perilaku Organisasi.
Jakarata: Erlangga.
KEPEMIMPINAN%20PENDIDIKAN.pdf
http://esqway165tarakan.blogspot.com/
http://www.wikimu.com/News/Home.aspx
http://teorionline.wordpress.com
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
Lumayan Buat nambah materi dan ilmu
BalasHapusSangat baik untuk penambahan Materi pengetahuan terhadap bahan diskusi Perilaku Organisasi, Tks.
BalasHapus